Tanyalah Pada Hidup, Waktu Yang Akan Menjawab
Sedikit berbagi tentang topik kecil yang terjadi.
Jadi
perhatikan!
Ternyata saya hanya manusia biasa.
Ya, saya tahu itu dari dulu. Orang tua saya bukan keturunan dewa jadi jelaslah
saya pun demikian manusiawi sama seperti yang lainnya. Hanya saja bagian yang
mengagetkan adalah ketika saya merasakan sendiri kepahitan yang disajikan hidup
dengan sampul yang begitu memikat itu. Jadi seolah ada shock yang pelan-pelan menjalari pikiran kita seiring usia. Padahal
gampang sekali rasanya waktu itu, ketika mendengar orang tua kita dulu mengatakan,
“Hidup itu susah, Nak.” Atau “Cari uang itu setengah mati, Nak. Hemat-hematlah.”
Waktu itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Dan ketika kita sendiri mengalami
itu, perlahan-lahan kita belajar merasakan : Inilah hidup yang sebenarnya. Hidup baru saja dimulai...
Betapa kompleksnya kata yang hanya terdiri dari lima
huruf ini. Gampang dieja pula. H-I-D-U-P.
Ingin rasanya kembali ke beberapa
tahun yang lalu di mana yang kutahu hanya bolos dan teenlit, dan beberapa tahun
ke belakangnya lagi yang saya tahu hanya jalan-jalan, dan beberapa tahun ke belakangnya
lagi, yang saya tahu hanyalah mendramatisasi apa pun yang ditangkap indra saya.
Dan sekarang? Di pikiran ini muncul
hal-hal yang tak pernah terbayang sebelumnya, bagaimana mencari pekerjaan,
bagaimana membalas jasa orang tua, bagaimana menghasilkan uang dan hal-hal
berat lainnya. Tapi di sinilah saya sekarang. Ternyata perjalanan waktu membawa
kita ke dimensi yang berbeda setiap kali. Entahlah sampai kapan masa peralihan
ini menjadi nyata : bahwa saya benar-benar pribadi dewasa yang memiliki
komitmen yang pasti. Alangkah penasaran sekaligus takutnya saya membayangkan
bilamana hari itu tiba.
Beberapa waktu yang lalu saya sempat
bekerja di beberapa tempat. Paling lama 3 bulan. Dalam waktu yang terhitung
singkat itu menyadarkan saya yang terhitung anak ingusan ini bahwa hidup ini
keras. Terkadang rasa manja itu muncul dalam benak saya, sekedar mengingatkan
bahwa hei bukannya saya masih belia,
masih saatnya bermain-main. Tapi tidak.
Sahabat baru Anda di usia seperti
saya adalah tanggung jawab. Mau bagaimana lagi, beginilah rasanya jadi manusia.
Kalau kita non-manusia (entah disebut apa), kita tidak akan merasakan semua
manis-asam-asin perjuangan hidup ini
(bahkan seorang malaikat pun tak punya kesempatan untuk merasakan apa yang saat
ini kita rasakan, jadi nikmati saja lah perjalanan hidupmu) yang sebenarnya
seperti petualangan seru Jumanji: “....Sekali
dimainkan, tak akan berhenti sebelum diselesaikan.”
Saya tidak ingin membebankan Dreamer sekalian dengan keluhan-keluhan
murahan saya. Saya yakin Dreamer
paham karena juga mengalami hal yang sama. Bagaimana pendapat kalian? Serasa
berada di dunia peralihan kah? Bagaimana? Lelah atau tambah semangat? Yang tadi-tadinya
waktu kita kita habiskan untuk keluyuran ke mana-mana, sekarang tak bisa lagi.
Di tambah lagi tugas-tugas dari kampus semakin menuntut profesionalitas. Menyita
energi, menyita waktu. Syukurlah di dunia
ini masih ada yang namanya WEEKEND.
Dan inilah hidup itu. Meskipun saya
tidak tahu segalanya, tapi sesuai dengan riwayat hidup saya yang baru berjalan
21 tahun, maka sampai di sinilah pemahaman saya tentang kehidupan. Seiring
dengan waktu, saya yakin saya akan semakin paham.
Senanglah bahwa
tak mungkin tak ada apa-apa di balik ini semua. Bukankah setiap tetes keringat
terhitung oleh Yang Di Atas? Semua yang kita kerjakan saat ini pasti akan ada
hasil yang pantas untuk dipanen suatu saat nanti. So, generasi Dreamers, jangan takut menghadapi kedewasan
OK?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar