Selasa, 08 Mei 2012

Tanyalah Pada Hidup, Waktu Yang Akan Menjawab


 

Sedikit berbagi tentang topik kecil yang terjadi.

Jadi perhatikan!

Ternyata saya hanya manusia biasa. Ya, saya tahu itu dari dulu. Orang tua saya bukan keturunan dewa jadi jelaslah saya pun demikian manusiawi sama seperti yang lainnya. Hanya saja bagian yang mengagetkan adalah ketika saya merasakan sendiri kepahitan yang disajikan hidup dengan sampul yang begitu memikat itu. Jadi seolah ada shock yang pelan-pelan menjalari pikiran kita seiring usia. Padahal gampang sekali rasanya waktu itu, ketika mendengar orang tua kita dulu mengatakan, “Hidup itu susah, Nak.” Atau “Cari uang itu setengah mati, Nak. Hemat-hematlah.” Waktu itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Dan ketika kita sendiri mengalami itu, perlahan-lahan kita belajar merasakan : Inilah hidup yang sebenarnya. Hidup baru saja dimulai...

Betapa  kompleksnya kata yang hanya terdiri dari lima huruf ini. Gampang dieja pula. H-I-D-U-P.

Ingin rasanya kembali ke beberapa tahun yang lalu di mana yang kutahu hanya bolos dan teenlit, dan beberapa tahun ke belakangnya lagi yang saya tahu hanya jalan-jalan, dan beberapa tahun ke belakangnya lagi, yang saya tahu hanyalah mendramatisasi apa pun yang ditangkap indra saya.  Dan sekarang? Di pikiran ini muncul hal-hal yang tak pernah terbayang sebelumnya, bagaimana mencari pekerjaan, bagaimana membalas jasa orang tua, bagaimana menghasilkan uang dan hal-hal berat lainnya. Tapi di sinilah saya sekarang. Ternyata perjalanan waktu membawa kita ke dimensi yang berbeda setiap kali. Entahlah sampai kapan masa peralihan ini menjadi nyata : bahwa saya benar-benar pribadi dewasa yang memiliki komitmen yang pasti. Alangkah penasaran sekaligus takutnya saya membayangkan bilamana hari itu tiba.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat bekerja di beberapa tempat. Paling lama 3 bulan. Dalam waktu yang terhitung singkat itu menyadarkan saya yang terhitung anak ingusan ini bahwa hidup ini keras. Terkadang rasa manja itu muncul dalam benak saya, sekedar mengingatkan bahwa hei bukannya saya masih belia, masih saatnya bermain-main. Tapi tidak.

Sahabat baru Anda di usia seperti saya adalah tanggung jawab. Mau bagaimana lagi, beginilah rasanya jadi manusia. Kalau kita non-manusia (entah disebut apa), kita tidak akan merasakan semua manis-asam-asin perjuangan hidup ini (bahkan seorang malaikat pun tak punya kesempatan untuk merasakan apa yang saat ini kita rasakan, jadi nikmati saja lah perjalanan hidupmu) yang sebenarnya seperti petualangan seru Jumanji: “....Sekali dimainkan, tak akan berhenti sebelum diselesaikan.”

Saya tidak ingin membebankan Dreamer sekalian dengan keluhan-keluhan murahan saya. Saya yakin Dreamer paham karena juga mengalami hal yang sama. Bagaimana pendapat kalian? Serasa berada di dunia peralihan kah? Bagaimana? Lelah atau tambah semangat? Yang tadi-tadinya waktu kita kita habiskan untuk keluyuran ke mana-mana, sekarang tak bisa lagi. Di tambah lagi tugas-tugas dari kampus semakin menuntut profesionalitas. Menyita energi, menyita waktu. Syukurlah di dunia ini masih ada yang namanya WEEKEND.

Dan inilah hidup itu. Meskipun saya tidak tahu segalanya, tapi sesuai dengan riwayat hidup saya yang baru berjalan 21 tahun, maka sampai di sinilah pemahaman saya tentang kehidupan. Seiring dengan waktu, saya yakin saya akan semakin paham.

Senanglah bahwa tak mungkin tak ada apa-apa di balik ini semua. Bukankah setiap tetes keringat terhitung oleh Yang Di Atas? Semua yang kita kerjakan saat ini pasti akan ada hasil yang pantas untuk dipanen suatu saat nanti. So, generasi Dreamers, jangan takut menghadapi kedewasan OK?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar