ini dia sedikit curhat dari admin (dengan sepenuh hati) yang boleh boleh saja dibaca para Dreamers...
Aku sangat merindukan Bapa. Aku tahu ia juga
merindukan aku dan aku butuh waktu sebentar untuk merenungkan bahwa kerinduan
seorang ayah atau ibu itu jauh lebih besar dibandingkan kerinduan kita
anak-anak terhadap mereka. Tak akan ada lagi kerinduan yang sebesar itu yang
mungkin diberikan orang lain kepada kita, sepanjang umur kita nanti. Hanya
orang tua. Mereka selalu memikirkan kita. Kapan pun, di mana pun. Di saat
bangun tidur. Mereka berpikir, “ Apakah anakku sudah bangun juga? Apakah dia
sudah berdoa pagi?” Di saat mereka sarapan, mereka berpikir lagi, “ Apakah
anakku sudah sarapan? Sempatkah ia sarapan sebelum berangkat ke kampus? Apa
yang ia makan? Apakah ia makan sayur?” Di saat sebelum tidur malamnya, ia berpikir
lagi, “Sedang apakah anakku sekarang? Apakah ia sudah tidur? Sepertinya ia
masih melek. Begitu banyakkah tugasnya dari kampus? Apa ia terlalu lelah?
Apakah ia akan sehat-sehat saja?” dan seterusnya. Dan di saat ia melihat ada
anak yang merokok, ia berpikir, “Apakah anakku juga merokok?” Di saat ia
melihat ada anak yang bicara kotor, ia mengkhawatirkan juga anaknya : bagaimana dengan si kecilku? Di saat ia
berangkat kerja di pagi hari, ia mengkhawatirkan keselamatan lalu lintas
anaknya.
Dari sedikitnya yang kusebutkan di atas itu, pernakah
orang tuamu mengatakannya padamu? Atau pernahkah kamu mendengar mereka
mengumbar itu di hadapanmu? Aku yakin tidak.
Mereka katakan semua itu dalam doa. Sebuah doa abadi
yang sunyi tanpa suara. Oh, sayang, sedangkan kita? Bagaimana sikap kita?
Pernahkah kita begitu menghargai dan meresapi
bagaimana rasanya menjadi orang tua, memiliki anak. Ataukah justru yang
ada di otak kita hanya bagaimana membuat
anak.
Aku bicara seperti ini hanya sekedar berbagi apa yang
baru-baru ini kurenungkan. Memang aku telat sadar, tapi aku senang bahwa
setidaknya kesadaran itu masih mau singgah sebentar di hatiku sebelum orang
tuaku benar-benar pergi. Aku juga
sama seperti anak normal kebanyakan : ingin bebas dari idealisme orang tua yang
kuanggap sebagai tali kekang, dengan semua mimpiku, terbang setinggi-tingginya
terlepas ke dunia luas. Singkat kata aku tidak suci-suci amat. Tapi yakin, setiap
manusia butuh waktu sejenak untuk berhenti dan berpikir. Kita di sini karena
siapa? Kita sampai merasakan manis-pahitnya ini dan itu karena siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar