Sabtu, 11 Juni 2011

Perbedaan Budaya Lokal dan Budaya Asing

Perbedaan budaya memang unik buntuk dipelajari. Bangsa Indonesia memiliki beragam budaya yamng berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Betapa kayanya budaya Indonesia, dan orang Indonesia cenderung membangga-banggakan hal tersebut. Tapi eits, tunggu dulu! Sebegitu bagusnyakah Indonesia sampai-sampai merasa bangsa lain di bawahnya?
Memahami budaya itu tidak gampang. Ada proses mental di sana. Akulturasi, adaptasi, sampai shock-culture. Sebagai negeri persimpangan budaya, Indonesia selalu bersinggungan dengan hal-hal yang terkait dengan budaya. Orang Yogyakarta misalnya, masih harus memahami budaya orang Jawa Timur, meskipun mereka masih sama-sama suku Jawa yang mendiami pulau yang sama. Apalagi dengan orang dari wilayah Timur, misalnya, tentu perbedaannya makin kontras, meskipun  kenyataannya mereka masih sama-sama bagian dari Nusantara. Nah, bagaiman kalau pemahaman budaya itu terjadi di antara dua negara yang berbeda? Padahal kenyataannya, sesama Nusantara saja, kita masih sering salah paham. Apalagi yang dari luar negeri?

  • budaya basa basi
Budaya basa-basi di Indonesia, dianggap sopan dan halus. Sementara di barat? Misalkan saja kita berkunjung ke rumah seorang teman. Begitu kita masuk, dia berkata, ”Anggap saja rumah sendiri.” Dan kemudian ia juga berkata, ”Kalau lapar atau haus, silahkan ambil saja sendiri dari kulkas.” Tetapi dalam budaya Indonesia, melayani diri sendiri ketika kita masuk rumah orang itu sesuatu yang tidak sopan.  Tapi di barat memang demikian. Tak ada pelayanan. Sebenarnya anda sendiri yang harus sadar bahwa anda tidak ingin merepotkan tuan rumah bukan? Jadi layanilah dirimu sendiri, tetapi tentu saja masih dalam batas-batas tertentu. Mereka juga ingin agar kita mengatakan secara langsung apa yang kita rasakan atau pikirkan tanpa menutup-nutupinya. Misalnya ketika lapar, katakqan saja anda lapar dan butuh makan. Di Indonesia, sebaliknya, mengatakan sesuatu secara gamblang seperti ini dianggap tidak dewasa dan kurang sopan. Salah satu contoh kasus lagi, dalam sebuah undangan makan-makan di rumah kolega orang barat, sang tuan rumah mengatakan, “Apakah makanannya enak?” Lalu dengan alasan sopan santun, dan ingin menyenangkan hati tuan rumah, kita pun mengatakan,  “Ya, ya, sangat enak.” Padahal mungkin lidah dan perut Indonesia kita mengatakan sebaliknya. Dan karena senang, tuan rumah pun mengatakan, “Kalau begitu, silahkan tambah makanannya.kita pun menambah, dan alhasil perut kita jadi sakit dan mengeluh. Salah sendiri bukan?
  • Dikit-dikit minta maaf
Mengenai budaya minta maaf. Orang barat berpendapat bahwa orang Indonesia terlalu sering mengucapkan maaf. Misalnya pada saat berpamitan, ketika ia harus meninggalkan teman-teman lainnya karena ada keperluan lain, dsb, kita akan mengucapkan maaf, bukan? Ketika makan permen sendirian, tak bisqa membaginya ke teman sebelah karena permennya hanya tinggal satu, lagi-lagi kita meminta maaf. Ketika memotong pembicaraan lawan bicaranya, kita mengucapkan kata maaf lagi. Di barat hal ini tidak berlaku. Mereka justru beranggapan bahwa orang yang terlalu sering meminta maaf adalah orang yang selalu merasa dirinya bersalah dan bahkan dianggap memiliki kepercayaan diri yang buruk. Meminta maaflah pada saat anda merasa berada di pihak salah, agar tidak salah tempat.
Selain itu, orang Indonesia juga sangat penasaran dengan orang lain. Pada umumnya mereka ingin tahu berbagai hal tentang orang yang baru mereka kenal. Misalnya berasal dari mana, sudah menikah atau belum, agamanya apa, umurnya berapa, dsb. Di barat hal-hal tersebut sifatnya sangat privasi. Untuk yang terakhir, menanyakan umur, di antara pria msih lazim, tetapi tidak untuk wanita. Ada kecendrungan bahwa wanita suka menipu umur mereka. Mereka selalu ingin muda dan tidak ingin orang lain tahu bahwa mereka sudah tua. Wanita barat berumur 30 akan mengaku bahwa dia baru 25, yang 40 mengakunya 34,dst. Menanyakan umur seorang wanita di barat dirasakan kurang menghargai estetika wanita, dan mengurangi rasa kepercayaan diri mereka.
  • Memberi tahu sebelum mengadakan kunjungan
Sebelum kita mengadakan kunjungan ke rumah kolega atau siapapun, sebaiknya memberi tahu si tuan rumah terlebih dahulu (misalnya via telepon), lalu membuat janji, baru kita datangi. Sehingga kita datang ke rumahnya pada waktu dan situasi yang tepat karena ia sudah siap. Ketika kita melakukan kunjungan spontan (tanpa pemberitahuan sebelumnya), tentu saja dia akan kaget dan mungkin keberatan. Mungkin saja dia akan mengatakan, “Maaf tapi saya belum bisa menerima kunjunganmu saat ini kerena saya sedang ada janji dengan orang lain.” Budaya ini tidak ada di Tanah Air, karena slogan "Time is Money" di sini hanya berlaku bagi sebagian kecil orang kelas atas.
  • Tertawa tidak pada tempatnya
Di Indonesia humor adalah sesuatu yang sangat penting. Orang Indonesia cenderung lebih menyukai tokoh-tokoh yang humoris dan suka melawak, contohnya Sule, dll. Kita rata-rata terbiasa dengan tawa yang keras dan berkepanjangan. Terkadang kita menertawakan sesuatu yang bahkan tidak lucu.  Selera humor orang barat memang tinggi, tetapi teratawa sepantasnya saja, dan juga jangan lupa tempat dan sikon.

Minggu, 05 Juni 2011




BAHASA KUPANG DI ANTARA PULUHAN BAHASA DAERAH
DI NTT

Nusa tenggara timur adalah propisnis yang kaya akan etnik atau suku. Dengan 550 pulau, 21 kabupaten, puluhan  suku, dan bahasa daerah. Bayangkan saja apa jadinya kalau anda tinggal di sana! Setidaknya anda harus menguasai salah satu bahasa daerah atau salah satu dialek di sana – jika ingin “membumi” dengan masyarakat setempat. Untuk Pulau Flores (terdiri dari kabupaten Flores Timur, Maumere, Sikka, Ende, Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat), Pulau Alor, Kabupaten Belu, Sumba Barat, dan Sumba Timur, rata-rata penduduknya berbicara dengan bahasa Indonesia meskipun mereka juga berbicara dalam bahasa-bahasa daerah mereka sendiri. Hanya Kupang yang memiliki dialek tersendiri yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, meskipun di sana juga ada bahasa daerah (bahasa daerah Timor dan Rote). Mereka tidak berbicara menggunakan “saya” atau “kamu”, tetapi “beta” dan “lu”.
Meskipun Kupang terletak di Pulau Timor, bukan berarti orang Kupang mayoritasnya suku Timor. Kabupaten Kupang, sejak zaman baheula, dihuni oleh 2 suku yang sampai sekarang masih mendominasi yaitu suku Timor dan suku Rote. Sejak dulu suku Timor dan suku Rote memperdebatkan hal ini. Suku Timor mengatakan bahwa merekalah Tuan Tanah di situ, karena namanya saja sudah Pulau Timor, bukankah Pulau Rote sendiri juga sudah ada di selatan NTT sana? Tetapi suku Rote yang keras kepala tak mau kalah. Mereka membantahnya dengan mengatakan, “ TIMOR: Tanah Ini Milik Orang Rote!”
Sebenarnya Kupang itu sendiri, terlepas dari suku Timor dan Rote, tidak benar-benar memiliki  bahasa sendiri, seperti halnya bahasa daerah. Yang Kupang miliki adalah dialek, seperti dialek orang Jakarta, dsb. Dialek Kupang mudah dipelajari karena banyak kesamaan dengan Bahasa Indonesia. Yang menjadi masalah adalah cara penerapannya yang tidak mudah. Bahkan, sesame orang NTT sendiri (yang berasal dari luar Kupang) masih susah menirukan dialek dan logat Kupang.
Satu hal utama yang perlu diketahui sebelum mempelajari dialek Kupang adalah pelafalan vocal e pada setiap kosa kata. Sembilan puluh sembilan persen (99 %) orang Kupang (dan orang NTT pada umumnya) tidak bisa mengucapkan e pepet seperti pada kata “besar”. Rata-rata mereka menggunakan e seperti pada katarekayasa”. Itulah sebabnya, hampir semua vokal e pada setiap kosa kata diubah menjadi a (atau o).
Contoh :
belum →balom atau bolom
Besar → basar
Betul → batul
Bengkak → bangka
Pelan → palan
Perut → parut (sedangkan parut yang di dapur itu juga disebut parut, hanya saja pengucapannya yang beda)
Peluk → palok
Sebentar → sabantar
Terlalu → talalu
Kosa kata inti :
Saya : beta / be
Engkau : lu
Dia : di / dia
Kami : kotong
Kalian : bosong
Mereka : dong
Kakek : ba’i
Cucu : upu /cucu
Bapak : bapa / pak (bapa untu ayah, sedangkan pak misalnya untuk pak guru)
Kekasih perempuan : maitua
Kekasih pria : paitua
Iya / ya : iya / ho (“ho” hanya digunakan untuk sesama umur atau bagi yang lebih muda)
Tidak : sonde / son
Pakaian : pakian
Panggil : pange
Sampai : sampe
Ramai : rame
Tanganku : beta pung tangan / be pu tangan
Pacarku : beta pung pacar / be pu pacar
Memakan sampai habis : makan buang
Memandikan : kasi mandi
Membersihkan : kasi bersih
Merapihkan : kasi rapi
Ani memasakkanku air : Ani masak kasi beta air
Yang sama dengan bahasa Indonesia :
Panas, dingin,  mati, jual, beli, baru, gila, sinting, sesak, jalan, lari, makan, mandi, cium, cuci, datang, kamar, bantal, kain, sepupu, om, tanta, ayam, anjing, daging, sayurnasi,
Uang : uang atau / doi
Suami : suami / laki
Istri : istri / bini
Anggota tubuh (kecuali kepala : kapala—hidung : idung -- perut : parut – pantat : panta)
U biasanya diubah menjadi o
            Jagung : jagong
Kangkung : kangkong
Lumpur : lompor
Tidur : tidor
H biasanya dihilangkan :
Hujan : ujan
Hidung : idung / idong
Habis : abis
Berhenti : brenti
Bodoh : bodo
Bersih : bersi (sering juga diucapkan barisi)
Lumpuh : lumpu
Rumah : ruma
Rapih : rapi
Suruh : suru
Sumpah : sumpa
Huruf k seringkali tidak diucapkan :
            Nenek : nene
Anak : ana
Kakak : kaka
Adik : adi / ade
Hobi menyingkat –nyingkat kata :
Ambil : ame
Saja : sa
Punya : pung / pu
Pergi : pi

SELAMAT BELAJAR BAHASA KUPANG.............PASTI  MENYENANGKAN.... !!