Bayanganku kini terjebak dalam bola
matamu
Dan tatapanmu
Seolah kau bisa menembus bagian
terdalam hatiku
Aku hanya bisa membuang muka
Aku tak cukup kuat
Aku tak siap
Untuk melihat ke dalam sana
Aku tak ingin mendapati sinar
keraguan di sana
Aku benci kesunyian seperti ini
Karena ia meneriakkan kebenaran
Entah kenapa kau bisa setegar itu
Sedangkan aku sendiri
Mataku sudah memerih
Sebentar lagi akan ada sungai kecil
di garis pipiku
Bibirmu yang kaku semakin mengeras
Seolah mendekap dendam yang tak mau
terungkap
Membungkam
Tapi matamu berkata, “Jangan
menangis’
“Suatu hari nanti...”
Adalah kata yang paling sering kita
ucapkan
Kupercaya akan jadi sabda
Dan ketika kau pergi
Aku akan berlari ke dalam malam
Bersembunyi dalam sayap-sayap
kegelapan
Aku tak ingin berdiri di siang hari
Karena bayanganku akan tampak
Ketika kau pergi,
Aku dan hujan, kita menangis bersama
Bantal yang kupakai meletakkan
kepalaku
Membisikanku untuk tidak merasa
sepi
Selalu ada pelangi sehabis hujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar