Kamu yakin, kamu mengenal dirimu dengan cukup baik?
Kamu
adalah dirimu yang selama dua puluh tahun belakangan ini selalu berada dalam
bundaran akrab yang kamu kenal, dan bundaran akrab ini mengenalmu dengan sama
baiknya.
Pernah
nggak, kepikiran, seperti apa versi dirimu ketika ia berada seorang diri di tempat
asing yang sama sekali tidak kamu kenal. Dan seasing apa pun mereka di matamu,
kamu sama asingnya di mata mereka.
ditemukan di "Aleph" oleh Paulo Coelho
Melarikan diri untuk menemukan diri sendiri. Bagaimana kalau kamu meninggalkan
semua yang sudah kamu kenali bertahun-tahun untuk berada di tengah keterasingan
seorang diri? Travelling sendiri tidak hanya membawa kita mengenali dunia di
luar sana, tetapi juga mengenali siapa sebenarnya penduduk yang bernaung di
dalam diri kita. Dan percaya deh, kesempatan ini emas, tidak akan ada lagi chance seumur hidupmu yang akan
menawarkan kebebasan dan ketidakbergantungan ultimativ yang menyenangkan
seperti ini.
Bulan Mei yang lalu untuk pertama
kalinya saya melakukan solo Trip, mimpi yang sudah saya tabung bertahun-tahun.
Saya memiliki daftar negara favorit untuk dikunjungi dan Ceko adalah negara yang
paling membuat saya tidak bisa menunggu. Praha adalah ibu kota tua, indah dan
romantis, kata orang, dan saya tidak tahan ingin segera membuktikannya.
Kebetulan letaknya hanya 600 KM lebih dari Hamburg (kayak dari Jogja ke Banten
lah) dan tidak butuh visa untuk ke sana karena saya memiliki residence permit Jerman.
Apa kata Dunia?
Kollega-kollega kerja melototi saya
selebar-lebarnya, tidak percaya, terlebih karena pada saat itu saya sedang
berada dalam sebuah hubungan yang serius dengan mantan pacar saya. Mereka tidak
habis pikir kenapa saya harus bepergian seorang diri! Ada yang segera
menggunjingkan retaknya hubungan kami, ada yang memfitnah diam-diam bahwa saya
punya kekasih gelap di Praha!!!! Menyedihkan bahwa manusia bisa senaif itu.
Jenis naif yang tidak mereka sadari melukai hati orang lain. Terserah, tekad
saya sudah bulat dan saya berangkat!
Dengan pundi-pundi yang setengah
penuh saya menyeberang negara dengan bis termurah yang hotspot terjanjinya harus
saya ikhlaskan untuk 50 penumpang lainnya. Saya sengaja menumpang bis malam supaya saya
bisa beristirahat, hemat hostel dan hemat waktu. Delapan jam kemudian saya
terbangun di sebuah terminal bis, jam di hape saya mengatakan bahwa saya telah
tiba. Pertama-tama saya harus mencari
Money Changer, saya termasuk klub manusia vintage
yang menyukai uang kes dan menukar mata uang supaya saya merasakan rasanya
memegang valuta asing, lagipula Kartu giro saya menunjukkan saldo yang stabil
di angka nol. Seketika Euro di tangan saya berubah menjadi Koruny. Nolnya
banyak, memberi perasaan seolah-olah kaya selama beberapa mili detik lalu saya
tersenyum karena di Indonesia saya „lebih kaya“ lagi.
∞ ∞ ∞
Saya memang suka melamun! Dan saya
sering tenggelam dalam pikiran saya sehingga saya lupa mengajak teman
seperjalanan saya untuk mengobrol. Ini pernah saya alami sebelumnya, beberapa
kali, sehingga saya tobat. Dunia luar memiliki sudut-sudut unik dan tersembunyi
yang memancing rasa penasaran saya, dan saya tidak bisa membagi pikiran ke dua
arah yang berbeda, saya hanya ingin di antara saya dan dunia itu hanya ada keheningan
untuk direnungkan—bukan seorang teman seperjalanan yang tersinggung jika tidak
diajak bicara.
…Saya juka suka tersesat. Solo Trip is all about discover!
Saya sudah terbiasa berjalan di
jalanan Hamburg menurut orientasi yang ditunjuk oleh Google Map, serta
embel-embel di jalan mana terdapat kafe dan bar apa, plus referensi para
pelanggan yang pernah icip-icip di sana, apakah Saos Tsatsikinya lezat atau
tidak, apakah birnya enak atau tidak, apakah meja kicker-nya berfungsi dengan
bagus atau tidak, musiknya, pelayanannya, dst…. Itu mah bukan Discover namanya! Kalau kamu sudah
dikasih tahu terlebih dahulu apa yang akan kamu hadapi. Saya suka membiarkan
kaki saya membawa saya ke mana pun mereka mau. Ketika di Praha, saya sama
sekali tidak punya internet, and that‘s
where the story begins! I did get lost many times, but i had plenty of time for
that and that was what that trip all about, to discover!
Wisata pernah?
Secara pribadi, saya anti wisata
pernah. Menapaki bekas injak orang lain itu seperti jenis recycling yang mengurangi dosis kenikmatan dan kebahagiaan, contoh:
teh celup yang dipaksa dicelup ke cangkir ke dua dan ke tiga. Hanya karena orang-orang pergi ke Praha dan
melakukan ABCD, bukan berarti saya pun harus melakukan itu, untuk mendatangi
hal yang sama, menelusuri jalan yang sama hanya untuk mengunjungi tumpukan batu
yang sama. Inilah keistimewaan Solo Trip, kamu memiliki kebebasan mutlak untuk
tersesat sesuka hati, atau sesuka perut, atau sesuka dengkul. Solo Trip lebih
asik tanpa semeter daftar kunjungan yang harus dicentang. Wisata pernah? Tidak,
terimakasih!
Setiap kali saya bepergian seorang
diri, seolah-olah saya memiliki kompas di suatu tempat di dalam diri. Atau yang
saya sebut mata kaki. Karena basis saya adalah „mata kaki“, saya bersyukur
bahwa pada momen-momen tertentu, di mana saya sedang asyik-asyiknya mendalami
yang saya lihat, tidak ada suara di samping saya yang berkata, „Cari makan yuk“
atau „Balik ke hostel yuk, sudah capek keliling-keliling!“
kalau bukan minta orang asing memfotokan, Foto di depan kaca ;)
Traveling antarnegara seorang diri,
apalagi perempuan, pasti membuat ragu di hati. Tapi ngapain takut? Solo Trip memperkuat kepribadian kita,
memperkaya tak-tik dan membuat kita semakin tangguh. Kenapa harus malu? Solo
Trip menunjukkan kepada dunia bahwa kamu petualang yang berani dan cerdas
(karena sendiri di tanah yang asing itu butuh independensi, nyali dan
kecerdasan untuk survive), You are the Wander Woman, Girl!!!
Tips dan Trik
1.
Mulai
dari cara pandang diri sendiri
Sebelum mengangkat wajah dan menatap
dunia, tunduklah dan tataplah dirimu.
Siapa yang kamu lihat di sana? Semoga bukan Disney Princess, tetapi bintang DC, Wonder Woman! Because you are the Wander Woman!
2.
Latihan
dulu.
Berada sendiri di tempat yang asing
apalagi negara asing yang tidak berbicara bahasa yang sama maupun Internasional
memang bisa bikin kewalahan, oleh karena itu awali solo trip mu dari step paling kecil dengan jarak, luas dan
jangka waktu yang logis, misalkan mulai dari negara atau kota dengan luas
200-450 KM², dan jangan
langsung dua minggu sendirian ke pedalaman yang tidak ada sinyal selularnya,
atau malah ke benua lain!! Awalilah dengan weekend
escape di sekitaran kota/negara tetanggamu.
3.
Berhenti
mengasihani diri sendiri
Jika kamu kesusahan menemukan
hostelmu, atau tersesat bertubi-tubi, muter-muter di kompleks yang sama
berpuluh-puluh menit, dalam udara dingin, atau harus naik turun bukit untuk
bisa sampai ke sebuah tujuan, atau kelaparan tengah malam dan tidak punya apa
pun untuk mengenyangkan, Plis deh jangan lebay, tidak pakai termehek-mehek.
Pelajari tak-tik supaya kesalahan sepele tidak terjadi, antisipasi meraungnya
lambung dengan cara singgah ke supermarket saat jalan-jalan di kota, tidak
peduli semalas apa pun kamu saat itu untuk menggotong pulang sebatang pisang
(misalnnya).
4.
Jika
sesuatu berjalan tidak sesuai rencana malah mendatangkan kejutan yang tidak
diperhitungkan sebelumnya, jangan keburu putus asa, lompatlah sejauh-jauhnya ke
setidak-tidaknya lima tahun yang akan datang: kamu akan melihat kembali ke hari
itu dan menertawakannnya bersama teman-temanmu.
5. Analoginya seperti lensa kamera! Zoom in saat momen-momen indah
terjadi, rekam dekat-dekat, sebaik-baiknya, resapi, dan zoom out saat everything
seems to be going wrong.
6.
Bawalah
Internet di handphone mu, tapi hanya gunakan kalau memang benar-benar perlu,
misalnya kamu tersesat padahal kamu harus buru-buru ke stasiun kereta.
7.
Solo
Tripping tidak hanya untuk mereka yang single. Kalau pacar kamu mau ke ke
selatan, padahal kamu mau ke utara, jangan dipaksakan, karena hanya akan jadi
kenangan yang berat sebelah. Cobalah berpisah arah untuk sejenak, dan kembali
untuk bertukar cerita yang menarik dari hasil petualangan solo kalian, itu akan
memperkaya hubungan kalian dalam hal musyawarah dan kesalingpercayaan.
8. Tinggalkan yang berat-berat di rumah,
keluarkan yang tidak perlu dari dalam ransel, sebagai gantinya Packing rasa penasaran yang besar ke
dalam backpack kamu dan bawa ke mana
pun kamu melangkah! Dan kamu sedang melangkah
melewati sesuatu yang tadinya kamu lihat sebagai tirai pembatas antara dirimu
dan dunia luar, ternyata hanyalah batasan-batasan abstrak yang tadinya
membatasi dirimu dari dirimu sendiri.
9. Bantal leher! Saya tidak tahu apa
Bahasa Indonesia yang lebih tepat untuk ini, tapi kamu pasti tahu maksud saya.
Iya, tepat, bantal berbentuk huruf U yang diselipkan di belakang tengkuk saat
kita melakukan perjalanan darat dengan mobil, bus atau kereta. Itu selalu saya
bawa-bawa, mungkin kelihatannya ribet dan menuh-menuhin, tapi hey, jangan
sepelekan tulang dan sendimu! Bantal jelek itu bisa menyelamatkan mood, serius!
10. Kamu suka Instagram? Kamu suka
memposting rupamu dalam outfit terbaikmu? Kamu suka difoto di tempat-tempat
wisata? Jangan bawa kaos atau rok atau topi atau beha atau apa pun itu yang
belum kamu testdrive! Lebih baik bawa
sesuatu yang sudah tubuh kamu kenal baik dan nyaman dipakai sehingga tidak
sia-sia dibawa namun tak dipakai.
Saya tidak perlu menunggu bukti
kesuksesan Solo Trip saya di Praha, untuk membuat saya merencanakan The Next Solo Trip. Karena kenyataannya
itu sudah selalu ada di kepala saya. Setelah mencatat beberapa pelajaran
berharga di kepala, empat bulan kemudian saya terbang ke Budapest. Apa yang
sebenarnya menimpa saya di Praha dan seperti apa Episode Solo Trip #2 di
Budapest akan saya cerita di Solo Trip #2. Apakah yang saya sebut sebagai
kesuksesan di Praha adalah kesuksesan yang kalian bayangkan di kepala kalian?
Apakah saya tidur di tempat yang wajar di Praha? Apakah saya melakukan hal-hal
yang pantas di Budapest? Apakah saya kelaparan atau tidur di jalan? Dan yang
paling penting, pelajaran apa sih, yang saya dapat dari Solo Trip ini selain independensi yang sudah saya tera di atas? Tunggu
saja.