Kamis, 18 Oktober 2018

SOLO TRIP


Kamu yakin, kamu mengenal dirimu dengan cukup baik?

Kamu adalah dirimu yang selama dua puluh tahun belakangan ini selalu berada dalam bundaran akrab yang kamu kenal, dan bundaran akrab ini mengenalmu dengan sama baiknya.
Pernah nggak, kepikiran, seperti apa versi dirimu ketika ia berada seorang diri di tempat asing yang sama sekali tidak kamu kenal. Dan seasing apa pun mereka di matamu, kamu sama asingnya di mata mereka.
ditemukan di "Aleph" oleh Paulo Coelho

Melarikan diri untuk menemukan diri sendiri. Bagaimana kalau kamu meninggalkan semua yang sudah kamu kenali bertahun-tahun untuk berada di tengah keterasingan seorang diri? Travelling sendiri tidak hanya membawa kita mengenali dunia di luar sana, tetapi juga mengenali siapa sebenarnya penduduk yang bernaung di dalam diri kita. Dan percaya deh, kesempatan ini emas, tidak akan ada lagi chance seumur hidupmu yang akan menawarkan kebebasan dan ketidakbergantungan ultimativ yang menyenangkan seperti ini.

Bulan Mei yang lalu untuk pertama kalinya saya melakukan solo Trip, mimpi yang sudah saya tabung bertahun-tahun. Saya memiliki daftar negara favorit untuk dikunjungi dan Ceko adalah negara yang paling membuat saya tidak bisa menunggu. Praha adalah ibu kota tua, indah dan romantis, kata orang, dan saya tidak tahan ingin segera membuktikannya. Kebetulan letaknya hanya 600 KM lebih dari Hamburg (kayak dari Jogja ke Banten lah) dan tidak butuh visa untuk ke sana karena saya memiliki residence permit Jerman.

Apa kata Dunia?
Kollega-kollega kerja melototi saya selebar-lebarnya, tidak percaya, terlebih karena pada saat itu saya sedang berada dalam sebuah hubungan yang serius dengan mantan pacar saya. Mereka tidak habis pikir kenapa saya harus bepergian seorang diri! Ada yang segera menggunjingkan retaknya hubungan kami, ada yang memfitnah diam-diam bahwa saya punya kekasih gelap di Praha!!!! Menyedihkan bahwa manusia bisa senaif itu. Jenis naif yang tidak mereka sadari melukai hati orang lain. Terserah, tekad saya sudah bulat dan saya berangkat!

Dengan pundi-pundi yang setengah penuh saya menyeberang negara dengan bis termurah yang hotspot terjanjinya harus saya ikhlaskan untuk 50 penumpang lainnya.  Saya sengaja menumpang bis malam supaya saya bisa beristirahat, hemat hostel dan hemat waktu. Delapan jam kemudian saya terbangun di sebuah terminal bis, jam di hape saya mengatakan bahwa saya telah tiba.  Pertama-tama saya harus mencari Money Changer, saya termasuk klub manusia vintage yang menyukai uang kes dan menukar mata uang supaya saya merasakan rasanya memegang valuta asing, lagipula Kartu giro saya menunjukkan saldo yang stabil di angka nol. Seketika Euro di tangan saya berubah menjadi Koruny. Nolnya banyak, memberi perasaan seolah-olah kaya selama beberapa mili detik lalu saya tersenyum karena di Indonesia saya „lebih kaya“ lagi.

                                                                      ∞ ∞ ∞

Saya memang suka melamun! Dan saya sering tenggelam dalam pikiran saya sehingga saya lupa mengajak teman seperjalanan saya untuk mengobrol. Ini pernah saya alami sebelumnya, beberapa kali, sehingga saya tobat. Dunia luar memiliki sudut-sudut unik dan tersembunyi yang memancing rasa penasaran saya, dan saya tidak bisa membagi pikiran ke dua arah yang berbeda, saya hanya ingin di antara saya dan dunia itu hanya ada keheningan untuk direnungkan—bukan seorang teman seperjalanan yang tersinggung jika tidak diajak bicara.

…Saya juka suka tersesat. Solo Trip is all about discover!

Saya sudah terbiasa berjalan di jalanan Hamburg menurut orientasi yang ditunjuk oleh Google Map, serta embel-embel di jalan mana terdapat kafe dan bar apa, plus referensi para pelanggan yang pernah icip-icip di sana, apakah Saos Tsatsikinya lezat atau tidak, apakah birnya enak atau tidak, apakah meja kicker-nya berfungsi dengan bagus atau tidak, musiknya, pelayanannya, dst…. Itu mah bukan Discover namanya! Kalau kamu sudah dikasih tahu terlebih dahulu apa yang akan kamu hadapi. Saya suka membiarkan kaki saya membawa saya ke mana pun mereka mau. Ketika di Praha, saya sama sekali tidak punya internet, and that‘s where the story begins! I did get lost many times, but i had plenty of time for that and that was what that trip all about, to discover!

Wisata pernah?
Secara pribadi, saya anti wisata pernah. Menapaki bekas injak orang lain itu seperti jenis recycling yang mengurangi dosis kenikmatan dan kebahagiaan, contoh: teh celup yang dipaksa dicelup ke cangkir ke dua dan ke tiga.  Hanya karena orang-orang pergi ke Praha dan melakukan ABCD, bukan berarti saya pun harus melakukan itu, untuk mendatangi hal yang sama, menelusuri jalan yang sama hanya untuk mengunjungi tumpukan batu yang sama. Inilah keistimewaan Solo Trip, kamu memiliki kebebasan mutlak untuk tersesat sesuka hati, atau sesuka perut, atau sesuka dengkul. Solo Trip lebih asik tanpa semeter daftar kunjungan yang harus dicentang. Wisata pernah? Tidak, terimakasih!

Setiap kali saya bepergian seorang diri, seolah-olah saya memiliki kompas di suatu tempat di dalam diri. Atau yang saya sebut mata kaki. Karena basis saya adalah „mata kaki“, saya bersyukur bahwa pada momen-momen tertentu, di mana saya sedang asyik-asyiknya mendalami yang saya lihat, tidak ada suara di samping saya yang berkata, „Cari makan yuk“ atau „Balik ke hostel yuk, sudah capek keliling-keliling!“
kalau bukan minta orang asing memfotokan, Foto di depan kaca ;)

Traveling antarnegara seorang diri, apalagi perempuan, pasti membuat ragu di hati. Tapi ngapain takut?  Solo Trip memperkuat kepribadian kita, memperkaya tak-tik dan membuat kita semakin tangguh. Kenapa harus malu? Solo Trip menunjukkan kepada dunia bahwa kamu petualang yang berani dan cerdas (karena sendiri di tanah yang asing itu butuh independensi, nyali dan kecerdasan untuk survive), You are the Wander Woman, Girl!!!

Tips dan Trik

1.      Mulai dari cara pandang diri sendiri
     Sebelum mengangkat wajah dan menatap dunia, tunduklah dan tataplah dirimu.  Siapa yang kamu lihat di sana? Semoga bukan Disney Princess, tetapi bintang DC, Wonder Woman!  Because you are the Wander Woman!

2.      Latihan dulu.
    Berada sendiri di tempat yang asing apalagi negara asing yang tidak berbicara bahasa yang sama maupun Internasional memang bisa bikin kewalahan, oleh karena itu awali solo trip mu dari step paling kecil dengan jarak, luas dan jangka waktu yang logis, misalkan mulai dari negara atau kota dengan luas 200-450 KM², dan jangan langsung dua minggu sendirian ke pedalaman yang tidak ada sinyal selularnya, atau malah ke benua lain!! Awalilah dengan weekend escape di sekitaran kota/negara tetanggamu.

3.      Berhenti mengasihani diri sendiri
    Jika kamu kesusahan menemukan hostelmu, atau tersesat bertubi-tubi, muter-muter di kompleks yang sama berpuluh-puluh menit, dalam udara dingin, atau harus naik turun bukit untuk bisa sampai ke sebuah tujuan, atau kelaparan tengah malam dan tidak punya apa pun untuk mengenyangkan, Plis deh jangan lebay, tidak pakai termehek-mehek. Pelajari tak-tik supaya kesalahan sepele tidak terjadi, antisipasi meraungnya lambung dengan cara singgah ke supermarket saat jalan-jalan di kota, tidak peduli semalas apa pun kamu saat itu untuk menggotong pulang sebatang pisang (misalnnya).

4.      Jika sesuatu berjalan tidak sesuai rencana malah mendatangkan kejutan yang tidak diperhitungkan sebelumnya, jangan keburu putus asa, lompatlah sejauh-jauhnya ke setidak-tidaknya lima tahun yang akan datang: kamu akan melihat kembali ke hari itu dan menertawakannnya bersama teman-temanmu.

5.       Analoginya seperti lensa kamera! Zoom in saat momen-momen indah terjadi, rekam dekat-dekat, sebaik-baiknya, resapi, dan zoom out saat everything seems to be going wrong.

6.      Bawalah Internet di handphone mu, tapi hanya gunakan kalau memang benar-benar perlu, misalnya kamu tersesat padahal kamu harus buru-buru ke stasiun kereta.

7.      Solo Tripping tidak hanya untuk mereka yang single. Kalau pacar kamu mau ke ke selatan, padahal kamu mau ke utara, jangan dipaksakan, karena hanya akan jadi kenangan yang berat sebelah. Cobalah berpisah arah untuk sejenak, dan kembali untuk bertukar cerita yang menarik dari hasil petualangan solo kalian, itu akan memperkaya hubungan kalian dalam hal musyawarah dan kesalingpercayaan.

8.       Tinggalkan yang berat-berat di rumah, keluarkan yang tidak perlu dari dalam ransel, sebagai gantinya Packing rasa penasaran yang besar ke dalam backpack kamu dan bawa ke mana pun kamu melangkah!  Dan kamu sedang melangkah melewati sesuatu yang tadinya kamu lihat sebagai tirai pembatas antara dirimu dan dunia luar, ternyata hanyalah batasan-batasan abstrak yang tadinya membatasi dirimu dari dirimu sendiri.

9.       Bantal leher! Saya tidak tahu apa Bahasa Indonesia yang lebih tepat untuk ini, tapi kamu pasti tahu maksud saya. Iya, tepat, bantal berbentuk huruf U yang diselipkan di belakang tengkuk saat kita melakukan perjalanan darat dengan mobil, bus atau kereta. Itu selalu saya bawa-bawa, mungkin kelihatannya ribet dan menuh-menuhin, tapi hey, jangan sepelekan tulang dan sendimu! Bantal jelek itu bisa menyelamatkan mood, serius!

10.  Kamu suka Instagram? Kamu suka memposting rupamu dalam outfit terbaikmu? Kamu suka difoto di tempat-tempat wisata? Jangan bawa kaos atau rok atau topi atau beha atau apa pun itu yang belum kamu testdrive! Lebih baik bawa sesuatu yang sudah tubuh kamu kenal baik dan nyaman dipakai sehingga tidak sia-sia dibawa namun tak dipakai.

Saya tidak perlu menunggu bukti kesuksesan Solo Trip saya di Praha, untuk membuat saya merencanakan The Next Solo Trip. Karena kenyataannya itu sudah selalu ada di kepala saya. Setelah mencatat beberapa pelajaran berharga di kepala, empat bulan kemudian saya terbang ke Budapest. Apa yang sebenarnya menimpa saya di Praha dan seperti apa Episode Solo Trip #2 di Budapest akan saya cerita di Solo Trip #2. Apakah yang saya sebut sebagai kesuksesan di Praha adalah kesuksesan yang kalian bayangkan di kepala kalian? Apakah saya tidur di tempat yang wajar di Praha? Apakah saya melakukan hal-hal yang pantas di Budapest? Apakah saya kelaparan atau tidur di jalan? Dan yang paling penting, pelajaran apa sih, yang saya dapat dari Solo Trip ini selain  independensi yang sudah saya tera di atas? Tunggu saja.