Senin, 26 Maret 2012

Dream, Believe, Make It Happen By Agnes Monica

AGNES MONICA TAMPIL MEMPESONA DI EMPAT MATA


 Si cantik yang cerdas dan multitalented diundang ke acara Empat Mata di Trans7, Kamis (1/3/2012), bersama Indra Bekti (partnernya di acara musik anak-anak tahun 90-an, Tralala Trilili), dan Okan Kornelius (lawan mainnya di Kawin Muda).

Kali ini temanya adalah "One Night With Agnes Monica".

Si Host, dengan gaya kocaknya mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan perjalanan karir Agnes mulai dari masa kecilnya (bukan Tukul namanya kalo ga bawa-bawa nama Susi juga).

Cekidot...!

Agnes dilahirkan dari orang tua yang sama-sama atlet. Papanya atlet basket dan Mamanya atlet tenis meja karena itu ia sempat ingin jadi atlet tenis ketika masih kecil. Namun sekitar ketika ia berumur tiga atau empat tahun, oleh sang Mama ia dimasukkan ke sanggar karena sering menirukan orang nyanyi di TV.

Bicara tentang kesuksesannya adalah sesuatu yang membanggakan, tetapi menelaah perjuanganya itulah yang paling suka kudengarkan. Tahu sendirilah, dulu Agnes dicerca habis-habisan, dikatai suka omong tinggilah, plagiat gayanya Britney dan Christinalah dan apalah embel-embel dari media serta haters. Namun Agnes cuek saja dan mengambil langkah yang tepat dengan terus maju tanpa merusak prestasinya dengan hal-hal buruk seperti yang dilakukan artis-artis lain : baru tenar sebentar saja langsung pake narkoba dsb.

Sambil mengkampanyekan Dream Believe Make It Happen, dia bercerita kalo dulu pernah membuat sebuah list, isinya semua nama artis internasional yang ingin dia ajak kerjasama bareng dan mengeprint list itu. Ia sendiri mengaku entah kenapa nama Timbaland ada di urutan pertama. Dan dari daftar nama-nama yang ada di list itu, beberapanya sudah terwujud. Salah satunya duet dengan Michael Bolton yang dia lakukan beberapa waktu lalu. Sedangkan saat ini ia sedang terlibat proyek yang masih ia rahasiakan bersama si Timbaland. Itulah gambaran bermimpi dan mewujudkan bagi Agnes. Agnes is amazing as always...  

 

 

 

 

“Don’t be good, be the best,” katanya dengan penuh keyakinan.

 

Beberapa kutipan kalimat Indra, Agnes, dan Okan.

 

Indra : “Dulu gue paling sebel denger Agnes nyanyi karena suaranya melengking banget. Dalam hati gue, anak siapa sih ini?? Walaupun begitu, Agnes yang ajari gue jadi presenter yang baik.”

Komentator : kwwkwkwk... Indra aja menyadari Agnes multi bakat, bukan saja berniat serius menjadi penyanyi, tapi juga membawa acara, berakting, bahkan dancing .... ckckckc...

Okan : “Kalo ketemu sama Agnes topik kita cuma ngomongin protein. Apapun yg mengandung protein Agnes pasti bakal makan. Kalau yang paling nyebelin dari Agnes pas syuting itu, dia sering membuat bunyi tulang leher sama punggungnya di setiap ganti scene.”

Komentator : Agnes bukan cuma ngurusin tampilan luar, tapi juga sadar kesehatan dan gizi, ga perlu anoreksia biar seksi kan...

Agnes : “Miskin itu bukan kalo kita punya duit apa ga, tapi kalo jiwanya sudah miskin ya kita bakal tetap miskin.”

Komentator : berpikir kritis emang cirinya. ga manja, berjiwa besar, cerdas. Nez I LOVE YOU!!!

 

Sejak pertama kemunculannya di TV aku sudah sangat mengaguminya. Gaya berpakaiannya yang rebel, rambut pinknya yang sempat dikatai norak (sejak kapan Agnes peduli kata orang!), gaya bicaranya yang cerdas dan tegas, serta yang nomor satu adalah lagu-lagu dan sinetronnya. Strong, sexy, and cool. Sebuah majalah pernah menyebutnya begitu, aku baca pas SMA, lupa juga majalah apa. Semangat kerja keras, gaya berpikir, prestasi yang kontinu dari Agnes itu yang selalu memotivasi aku. Salah satu kalimatnya yang paling kusuka adalah, “Kalau kita ingin hasil 100%, berusahalah 200%. Kalau mau hasil 200%, berusahalah 400%”.

Efek nonton Agnes Monica tadi: derajat mood langsung naik drastis dan termotivasi untuk bangkit kembali. (padahal sebelumnya aku bad bad bad mood sekali). Melihat semangatnya yang berapi-api, jadi lupa kalo saya lagi pilek berat...thanks Agnes...

 

 

 

AGNES MONICA TAMPIL MENAKJUBKAN DI KICK ANDY

 

Tanggal 9 Maret 2012 yang lalu tokoh paling favoritku, Agnes Monica tampil di acara telivisi, Kick Andy Show. Jauh-jauh hari sebelumnya aku telah diberitahukan oleh temanku yang kuliah komunikasi di Atmajaya karena ia menontonnya secara live di studio metro TV. Tanggal 9 itu hari yang paling kutunggu-tunggu. Aku sampai melarang keras diriku untuk lupa menonton TV pada hari itu.

Sejak kecil aku memang sudah suka dengan artis yang satu itu. Aku dan tetanggaku yang jauh lebih dewasa dariku sering menirukan gaya Agnes dan Kak Ferry (yang nantinya digantikan oleh Kak Indra Bekti) melakukan opening acara dengan menyilangkan pergelangan tangan dengan gerakan jari seperti “jari bersemangat” (yang pernah nonton Bring It On pasti tau).... 

 

 

“Hai teman-teman semua, ketemu lagi dengan saya, Agnes Monica,”

“...Dan saya Kak Ferry...”

“Di acara... Tralala...Trilili!!!!”

 

Hari yang saya tunggu-tunggu itu akhirnya tiba juga. Agnes tampil di acara Kick Andy dengan pakaian yang simpel namun namanya juga Agnes Monica, kain lap sobek dipakai pun akan seperti perpaduan Kate Middleton dan Avril Lavigne.

Langsung saja ke bagian wawancaranya. Santai tapi menakjubkan. Agnes tahu semua jawaban dengan sangat tepat dan hanya Agnes yang tahu caranya memberi kesan cerdas, ambisius namun tetap terdengar menarik dan cantik. Aku yang sebenarnya sedang dirundung pilek keras, mendengarkan dengan saksama. Ia berbicara dengan penuh percaya diri, berbanding lurus dengan apa yang ia kerjakan selama ini.

Di akhir acara Andy sempat meminta Agnes untuk membawakan lagu “Rindu”. Lagi-lagi aku tak berkedip, suara Agnes mengguncang dunia!!!

 


 

 

 

Angsana di Kampusku



Angsana di kampusku
Tinggi menjulang
Mendongak ke awan
Angkuh rupawan

Di bumi kampus unguku
Hujan menghindar
Hijau memudar
Daun dan angin berkejar
Kini tinggal matahari berpendar

Jiwa sang angsana melayang, menari di udara
Lalu pasrah ke tanah

Ah, hujan, tinggalah sebentar
Biarlah nyanyianmu kudengar




Selasa, 20 Maret 2012

Sepucuk Surat Dari Hatiku Untuk Alam

Langit Desember yang kelabu ini seharusnya menjatuhkan titik-titik air yang disebut hujan. Itu lebih baik dibandingkan harus menahannya menjadi mendung dengan awan gelap yang beronggok-onggok. Hal itu hanya akan menambah hawa panas di bumi saja. Padahal aku sangat menunggu hujan, bahkan lebih dari sekedar menanti, aku mengharapkannya dan mendambakannya supaya aku bisa menulis di jendela kaca kamarku. Dan ketika suaranya yang deras memisahkan aku dari keramaian dunia, aku akan membangun duniaku sendiri di bawah selimut dan di atas bantal. Dan tak akan ada seorang pun yang menemukanku. Seperti Ariel yang terdiam di balik hujan dan Billie Joe yang percaya bahwa hujan turun dari bintang.
Dan seperti setiap kali hujan turun, aku akan mendengarkan musiknya—musik yang dimainkan oleh tetes-tetesannya di atas tanah dan di atas atap. Aku pun akan merasa tentram karena semua itu mengantarkanku ke masa-masa dari kisah hidupku yang berisikan hal-hal yang indah-indah saja. Aku akan teringat masa kecilku, ketika aku berjalan setengah melompat di atas aspal dengan kaki telanjang dan aspal itu sangat hangat terasa di kulit telapak kakiku. Aku juga tak akan pernah melupakan itu, bahwa bagaimana hujan membawa kembali kehidupan lewat benih apa pun yang jatuh ke tanah dan menjadikannya tunas yang hijaunya membuat aku merasa disambut hangat. Pohon-pohon menjenjangkan rantingnya ke mana-mana, seolah ingin leluasa menari bersama hujan, serta rerumputan yang menjalari tanah dan menjulangkan daun-daunnya, seakan ingin berpesta dengan hujan.
Ah, hujan, begitu banyak yang bisa kuceritakan tentang kehadiranmu. Dan ketika aku berjalan di dalam hujan, perasaanku terbebas dari kepenatan, berubah menjadi lapang dan senang. Itulah salah satu ciri Desember dalam sepanjang ingatanku. Dan itulah mengapa aku begitu mencintai natal—aku tak bisa membayangkan natal jatuh pada musim-musim kemarau. Aku sangat berterima kasih pada Julius Caesar atau siapa saja yang telah menetapkan penanggalan Masehi dan natal.
Tetapi apa gerangan yang terjadi dengan Desemberku kali ini? Apa alam sedang bicara dalam bahasanya sendiri? Payungku masih rapi di sudut kamar, berdebu.
Ah, hujan, turunlah. Aku harus melepaskan semua beban, kekecewaan, putus asa, kegelisahan, kerinduan, kemarahan, kelemahan, patah hati dan kesepian di akhir tahun ini. Aku membutuhkanmu untuk membasahi ladang hatiku yang gersang dan kosong, agar setidaknya ada bunga dan rerumputan liar yang tumbuh di sana. Aku tak akan pernah siap menyambut tahun yang baru sebelum kehadiranmu karena aku percaya air mata bisa membersihkan jiwa. Dan engkau matahari, tahanlah dulu sinarmu sampai pagi pertama di tahun yang akan datang.

Senin, 19 Maret 2012

Mata Kuliah DSV Tuh Sesuatu Banget Deh


Semua ini berawal dari mata kuliah Deutsch für speziellle Verwendung (DSV). Namun jauh sebelumnya, memang ada benih-benih cinta budaya dalam diriku (kwkwkwkwkwkk) yang berasal dari kebiasaan merantau (merantau...kosakata angkatan berapa itu?).
Jadi ceritanya tuh, aku selalu terjebak dalam suatu lingkungan, di mana di sana aku menjadi asing, berbeda, baru, bahkan minor. Itulah yang memberiku jarak (Herr Uki, aku ingat banget konsep V-Effekt: distanziert werden um betrachten zu kӧnnen.) untuk bisa mengamati yang akhirnya membuatku menemukan adanya perbedaan. Dari perbedaaan itu aku belajar menghargai, mengapresiasi, dan membenahi diri (ehem ehem...bahasa mahasiswanya keluar deh). Dan sekaligus sadar : wah, kaya banget Indonesia tuh!!!
Setelah tugas demi tugas yang kami hadapi dalam mata kuliah DSV I dan DSV II (kami nggak capek kok, Pak...), mataku terbuka dan mulai menyadari betapa kayanya alam Indonesia sekaligus betapa rendahnya SDM nya (riskan). Dari dulu aku memang sudah mengetahui ini (ditambah lagi dengan ‘kampanye’ di buku sejarah dan PPKN di bangku sekolah) tapi tingkat kesadaranku baru benar-benar ada sekarang. Setelah aku bertemu teman-temanku dari berbagai asal peradaban, kami sering sharing tentang potensi-potensi dan aset apa saja yang ada di daerah masing-masing. Kami sampai sulit menginventariskannya saking banyak dan beragam jenis, misalnya potensi wisata alam, bahari, budaya, pendidikan, kuliner, dsb. Aku hanya sebut yang terkenal-terkenal saja ya, misalnya di Bali (ada sekitar satu juta artikel yang ditulis tentang Bali di mesin pencari, so alles klar.), di Lombok: pantai Senggingi, di Kalimantan ada kabupaten Berau yang mulai mengekspos wisata baharinya yang terdiri dari Pulau Derawan, Pulau Maratua, dan Pulau Kakaban , belum lagi Papua tak mau ketingalan dengan Rajaampat-nya. Catatan: laut di Berau dan Rajaampat adalah surganya diving kelas dunia!! Supaya tidak rasis, ini daerah asalku aku sebutkan paling belakangan : Pulau Komodo (saat ini hewan komodo telah diakui sebagai 7 keajaiban dunia) dan Danau Kelimutu (tiga danau bersampingan yang memilki warna yang berbeda-beda) di Flores.




Biar tulisanku ini ada konfliknya (biar kaya dalam mata kuliah Literatur : dalam Epik dan Drama harus ada konflik sebagai garam), aku mau menyorot bahwa sayang sekali aset-aset pariwisata di Indonesia itu banyak yang dikelola oleh orang asing. Aku tahu banget tuh siasat mereka (meskipun belum pernah mengalami) : mereka menikahi penduduk pribumi untuk mendapatkan hak-hak layaknya WNI. Abisnya, orang kita juga takut sih untuk berinvestasi (nah, kalo masuk kosakata ini, aku agak gelap, jadi kita batasi saja ya). Temanku pernah bilang (lagi-lagi saat kami sedang mengerjakan tugas DSV II) : Jangan takut mengeluarkan uang dalam jumlah besar hari ini untuk hasil yang akan kita terima 20 tahun yang akan datang.
Terus terang, aku belum pernah mengunjungi semua tempat yang kusebutkan di atas tadi. Ke Bali dan Lombok belum pernah, ke Kalimantan terlalu jauh, ke Papua apalagi!! Bahkan aku yang pernah tinggal di Flores selama 3 tahun saja belum pernah ke Pulau Komodo atau mengunjungi Danau Kelimutu (yang sampai sekarang masih kusesalkan, kok aku cinta kasur banget yah?). Doa-doakan saja kuliahku cepat selesai sehingga aku bisa ke semua tempat itu (selamat datang mimpi!!!) dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi pengetahuanku. 

Masih bicara tentang potensi wisata daerah asal. Sayangnya lagi, ada satu konflik (baca : masalah) lagi. Kalau kalian tanya kenapa anak muda kurang terpikirkan untuk menghargai dan  mengembangkan potensi wisata daerah asalnya, aku tahu banget jawabannya (ijinkan aku berteori.,..hehehe). Kalau seseorang tak pernah keluar dari daerahnya (baca : tempurung), ia akan merasa dunianya hanya di sini. Dia akan berkata, “Ah, Parangtritis doang, tiap hari juga aku ke sana.” atau “Males banget denger lagu tradisional, tiap hari juga mbahku nyanyinya itu.” Atau “Memang tarian caci itu hanya ada di Flores, trus kenapa? Mau diapain kalo faktanya begitu?”
Nah, inilah gejala kurang apresiatif itu tadi. Sampai suatu hari nanti ketika ia keluar dari daerahnya, bertemu dengan hal-hal positif di tempat baru yang bisa menstimulusnya, ia baru akan memiliki perasaan posesif terhadap daerah asalnya itu dan akhirnya menyadari kurangnya apresiasi dan kontribusi dia selama ini terhadap potensi pariwisatanya.
Selesai teori, sekarang praktekin yuk!
Merantau untuk belajar banyak hal dari perbedaan itu memang bagus, tapi juga tak perlu repot-repot keluar daerah dulu baru sadar kalo daerah sendiri juga punya potensi yang butuh perhatian kita untuk diapresiasi, dijaga, dan dikembangkan.
Sippp? Start from here, now!
Oya, aku punya mimpi. Impianku itu adalah memberikan kontribusi yang nyata untuk pariwisata di daerah asalku. Juga, mengadakan perjalanan wisata antarpulau, bahkan antarbenua!!! (Diaminin dong... Danke..)