Rabu, 09 Januari 2019

Enam Menit Dalam Sehari: Bersyukur & Berterimakasih

Saya mau bercerita kali ini apa yang membuat saya sangat berterimakasih berada di sini dan menjadi saya. Ini bukan berarti karena saya adalah manusia yang terlahir menurut navigasi bintang timur, terlahir di tengah keluarga kaya dan bahagia, yang hidupnya hanya tinggal menjentik jari dan segala sesuatu dihantarkan begitu saja ke atas pangkuan saya. Sama sekali tidak, bahkan jauh lebih buruk dari yang orang bisa bayangkan. Ini juga bukan berarti hidup saya mulus-mulus saja! Banyak orang mengutuk tahun 2018. Bagaikan rollercoaster, itu juga yang saya rasakan. Setelah diguncang dan diuji kesabaran saya sepanjang tahun, mendekati tahun baru malah saya dapat puncaknya. Berikut anekdotnya.
Sementara saya sedang bekerja, Chefin saya memanggil saya ke ruang sosialisasi untuk „bicara“. Saya hampir membayangkan kalimat seperti, „Frau Ambon, kami puas dengan kerja Anda dan saya sudah menandatangani kontrak permanen untuk Anda.“ Saya ikut.
Sedikit penjelasan ya, saya ini sudah selesai Ausbildung dan saya bekerja di Praxis (Praxis= Praktek; sejenis klinik) ini sejak lima setengah bulan yang lalu. Aturan di Jerman, enam bulan itu masa Probation. Memasuki bulan keenam si calon karyawan tetap baru boleh tahu arah nasibnya berikutnya mau ke mana.
Di sana sudah duduk seorang dokter lainnya yang wajahnya sudah saya tebak, dalam hati saya, Well, I´m a strong woman!
Chefin saya mengutarakan sebaris alibi singkat yang intinya dalam waktu sangat dekat ini saya harus mencari Praxis lain. Sekuat apa pun seseorang, tetap saja saya manusia dengan perasaan dan emosi. Saya menangis. Terlebih karena saya sudah sangat bekerja keras sampai saya psikosomatis dan lebih sakit lagi karena saya tahu itu hanya alibi.
Saya berterimakasih kepada para dokter atas semua yang boleh saya dapatkan selama lima setengah bulan terakhir ini di sana. Lantas mereka berdua pergi dan datanglah rekan-rekan kerja saya, memeluk dan mengucapkan, „Es tut mir leid.“ Yang membuat saya semakin sadar betapa naasnya nasib saya saat itu karena mereka pun bilang bahwa mereka sama sekali tidak bisa mengerti kenapa saya diberhentikan. Mereka mengutarakan pengamatan pribadi mereka tentang saya dengan tulus bahkan mereka sendiri hampir menangis. Saya, tambah kencang. Meskipun baru lima setengah bulan bekerja, saya merasa sudah mengenal Praxis itu 3 tahun! Saya memang mengorbankan pikiran dan perasaan secara total di sana. Lokasi strategis, jam kerja yang per Shift, gaji yang bagus, kolega kerja yang super ramah plus anti hierarki ditambah suasana Praxis yang selalu damai dan tentram… Saya kehilangan semua itu! Kehilangan Sang Zona Nyaman. Baru juga beberapa bulan saya nikmati.
Pemberhentian saya itu hanya 2,5 minggu sebelum natal. Itu berarti bencana. Desember adalah bulan dengan jumlah tanggal merah terbanyak dan berturut-turut pula! Banyak Paxis yang mengambil libur panjang bahkan sebelum natal. Belum lagi, secara logika tidak pas dengan rekapitulasi pajak yang mana biasanya dilakukan pada akhir tahun. Dengan kata lain, tidak akan ada employer yang mau menerima seseorang baru bekerja pada bulan Desember. Artinya saya akan nganggur  sampai….. sampai saya tidak bisa tidur!
Di Jerman ini kamu boleh memiliki 5 anak di luar nikah, kawin cerai berkali-kali, keluarkan diri dari gereja, nikah hanya di kantor catatan sipil tanpa ritual pemberkatan sama sekali, menjadi lesbi atau gay, mengganti jenis kelamin dst… Tapi pengangguran itu tabu setabu-tabunya. Tidak hanya kamu akan dilirik sebelah mata oleh lingkungan sosial, kamu juga akan kehilangan banyak kesempatan. Pada kasus kronis, kamu malah kehilangan jati diri dan ambruk ke taraf Low Self-Esteem. Pasalnya hampir semua orang dewasa yang kamu kenal bekerja. Ditambah, pajak dan asuransi adalah „agama“ utama di sini. Jika seseorang tidak bekerja, dia akan mendapat subsidi dari pemerintah (Kedengarannya enak? Tidak!). Subsidi itu berisi 60 % total gaji brutto terakhir yang Anda dapatkan selama 12 bulan terahir ketika masih aktif bekerja. Nah, kenapa tadi saya bisik, Tidak enak! Karena dengan uang itu di sini kamu hanya bisa bertahan hidup, namun kamu tidak hidup. Kamu hanya bisa membayar kamar kos dan makan, sudah! Tidak ada lagi bioskop, nongkrong, ngafe dll… Itulah sebabnya orang-orang yang nganggur memiliki kontak sosial yang secara kontinuu mereduksi. Nah, kalau kelamaan nganggur di Jerman, kamu tidak bisa keep-up dengan progres pergaulan sosial, dan jika itu sudah menahun, kamu terancam mengalami kemunduran rasa percaya diri dan self-esteem yang bisa berakibat psikis. Yahh… kecuali kalo situ punya Sugar Daddy! Lain cerita.
Lalu apakah saya survive?
Berhari-hari setelah pemecatan itu saya tidak melakukan apa-apa. Hanya bernapas dan let go. Tapi move on belum sanggup. Saya tidak marah, saya tidak drop, hanya kekhawatiran yang menari-nari di permukaan alam bawah sadar. Saya tidak buta, saya tahu mereka ada di sana, menari!
Saya seorang diri di Jerman, saya tidak punya siapa-siapa untuk dijadikan sumber pinjaman dana kalau-kalau sesuatu yang mendadak menimpa saya. Saya harus membayar kamar, saya harus mengirimkan orang tua saya uang, saya harus membayar rekening telepon, potongan bank, dan saya harus makan man!  Perasaan takut itu berkecamuk dengan sakitnya hati menerima kenyataan bahwa saya tidak akan bekerja lagi di Praxis favorit saya. Sakit karena kerja keras saya tidak dihargai. Sakit karena saya kehilangan stabilitas itu. It only took one day to lose it all.
Rasa sakit itu ada, tapi tidak ada penderitaan. Karena saya menolak secara sadar untuk memainkan peran Sang Korban—saya hanya butuh waktu untuk menghirup  udara. Saya menerima kenyataan apa adanya, namun rasa kaget disepak itu pasti ada. Rasa kaget itu membuat saya „koma“ sebelas hari. Sebelas hari kemudian baru saya akhirnya menulis lamaran ke tempat baru. Saya tahu perubahan itu adalah hal paling nyata dan paling abadi yang pernah ada. Saya justru akan menderita jika saya paksakan realita terjadi menurut kehendak saya hanya karena saya sudah punya ekspektasi tentang bagaimana hidup saya harus terjadi. Tetapi itu tadi, bahwa saya bisa sampai ke titik pemahaman ini, bukanlah perjalanan yang singkat, sodara-sodara! Bahwa saya bisa menerima dengan ikhlas, saya berterimakasih atas limpahnya cobaan yang menimpa saya selama tahun 2018.
Hanya karena saya tinggal dan bekerja di Jerman, bukan berarti hidup saya menjadi lebih gampang daripada kalian di seberang sana, justru kebalikannnya. Di sini memang tersedia lebih banyak kesempatan tetapi justru itulah yang membuat tantangan hidup jadi lebih keras. Hanya karena kesempatan itu "tersedia" bukan berarti dia didapatkan dengan cuma-cuma ya. Contohnya hanya karena badanmu berada di Jerman bukan berarti kamu disambet Bahasa Jerman sampai lancar.
Kembali ke inti pertanyaan di atas tentang survival. Saya pernah dengar bahwa menuliskan hal-hal positif bisa membantu kita merasa bersyukur dan bersukacita. Secara tidak sengaja bulan November lalu saya terantuk oleh sebuah buku diary tebal yang designnya seperti jurnal. Nama buku itu Diary 6 Menit. Karena 3 menit diisi pagi, 3 menit malam. Satu hari satu halaman. Setiap pagi kamu harus tulis tiga hal yang membuat kamu bersyukur; dan seperti apakah kamu melihat dirimu, terutama di masa depan nanti. Kamu tidak usah tunggu dapat hadiah dari seseorang untuk bisa bersyukur, mulai saja dari hal sepele, „Saya bersyukur hari ini cuaca tidak begitu berangin.“ Atau, „Saya bersyukur bahwa saya tidak terlambat ke tempat kerja hari ini.“ Lantas tiga menit malamnya kamu diminta menulis hal baik apa yang telah kamu lakukan kepada orang lain pada hari itu dan 3 hal bagus yang kamu alami pada hari itu. Saya tanggapi diary itu secara serius dan sebulan kemudian saya rasakan efeknya. Ini bukan mi instan ya, saya cerna baik-baik apa yang saya tulis, dan saya dapati betapa beruntungnya saya jadi orang!!!
Saya terlahir dengan anggota tubuh yang lengkap, saya terlahir sehat dan cantik, saya memiliki rambut bergelombang yang hitam, tebal dan indah, saya diberkati talenta dan kemampuan berpikir yang baik, saya hampir tidak punya alergi (hanya terhadap  kacang tanah, itupun kadang), kulit saya memiliki resistensi yang luar biasa terhadap air, udara, cuaca, alergi, serangga (seumur hidup saya sudah digigit sekian banyak serangga dari desa saya sampai serangga Eropa, tapi kulit saya tahan banting), saya tidak membutuhkan behel, gigi saya terlahir rapi, putih dan bebas keropos, saya memiliki tulang yang luar biasa kuat, sepasang kaki yang perkasa, yang membawa saya ke tempat-tempat yang indah.
Kemanapun saya pergi, saya diperkenalkan dengan orang-orang yang baik hati, yang menawarkan kebaikan kepada saya, dan yang sudah menolong saya. Memang ada juga yang membodohi, membohongi, menghianati, mencaci, membenci, menjatuhkan saya, tapi here I am! What doesn´t kill you make you stronger. Saya mengunjungi sekolah terbaik dan berkenalan dengan orang-orang yang inspiratif, yang sampai hari ini menjaga kepercayaan saya. Itu semua gratis! Kalau sudah dikasi yang gratis-gratis lalu tidak tau bersyukur itu tidak tahu diri sekali!
Saya mendapat kesempatan mengenyam pendidikan di Jerman, bekerja dan menghasilkan uang di sini. Saya bicara bahasa Jerman dan memiliki teman dari berbagai negara. Dan meskipun saya jatuh dan bangun berkali-kali dalam pengejaran mimpi ini, Hey, i´m living my dream! I couldn´t ask for more!
Mungkin membaca itu di atas kalian bisa iritasi dengan saya, atas alasan yang saya tidak bisa bulatkan ke kata-kata. Tapi bagi kalian yang mengerti arah pikir saya, selamat menuliskan diri kalian, tentang berkat dan rejeki yang kalian dapat cuma-cuma!!! Supaya kalian tahu betapa beruntungnya kalian! Di jalan hidup saya ada begitu banyak batu dan kerikil yang menghalang, saya harus jauh dan tersungkur berkali-kali untuk bisa ada di titik pemahaman ini. Sukses bukanlah kata favorit saya, saya lebih suka sebuah keadaan di mana saya sadari apa yang saya punya: sekecil apa pun itu. Pernah dengar kalimat, „Jangan buang mutiara ke mulut babi!“? Orang yang tidak tahu bersyukur itu, sekalipun dikasi sebongkah berlian ke tangannya, dia tidak akan menyadari bahwa itu berharga. Bahwa itu berlian.
Terapi berterima kasih dan merasa syukur yang saya jalani lewat buku diary enam menit tadi membawa dampak yang luar biasa. Saya lebih relax menanggapi masalah atau menanggapi seorang teman yang mentalnya susah diajak kerja sama, saya lebih lihai bergaul dengan/dalam stress dan tekanan, saya lebih bisa bahagia dan puas dalam berbagai hal, saya lebih berorientasi kepada orang dengan siapa saya bicara. Ini semua lebih daripada hadiah bagi saya!
Menurut pengalaman saya, bersyukur dan berterimakasih membantu kita dalam mengatasi rasa takut akan perubahan. Ini saya bicara atas nama sendiri. Karena rasa syukur, saya tidak lagi merengek tentang masalah sepele, atau sekalipun masalahnya besar, saya tidak bereaksi ekstrim. Hanya karena saya harus pindah rumah atau tempat kerja, saya tidak perlu bad mood sampai semua orang ikutan bad mood. Selain itu sejauh pengamatan saya, kita jadi nyeni dalam menjalani Live for the Moment. Contohnya jika kamu berada dalam sebuah acara kumpul-kumpul, kamu tidak perlu menularkan bad mood kamu hanya karena kamu sebal dengan sesuatu. Hey, leave it! Or just leave the crowd. Everybody is having fun and you are not, live for the moment, girl! Sayang kalau momen bahagia orang lain harus kamu rusakkan hanya karena saat ini hati dan kepalamu sedang berendam dalam masalahmu.
Beberapa hari menjelang natal saya mendapat wawancara di Praxis yang baru, jaraknya hanya 25 menit bis-kereta dari pintu rumah saya. Tempatnya sangat bersih, higienis, modern dan memiliki perlengkapan medis yang masih sangat baru. Dokternya hanya satu, ini berarti lebih sedikit stress dibandingkan tempat kerja saya yang lama (3 dokter). Ibu yang baik itu bersedia mempekerjakan saya dengan gaji yang lebih tinggi dari yang pernah saya dapatkan! Dan ini bukan satu-satunya Praxis yang bersedia menandatangani kontrak dengan saya! Yang bikin Jackpot adalah kami kerja tanpa istirahat dari jam 12.00-20.00 atau 8.00-16.00. Artinya saya masih punya waktu untuk hal lain selain gawe. Terimakasih semesta, betapa beruntungnya saya.
Pemecatan itu memang naas, sedih, pahit, sial, sakit, tapi saya menolak memainkan peran korban dalam hidup ini. Tapi cobalah pikir ke arah terbalik, kalau dia tidak memberhentikan saya, mana bisa saya naik tangga, mana bisa saya dapat kenaikan gaji, mana bisa saya hanya butuh 25 menit ke kerja? Karena ke Praxis yang lama saya butuh 40 menit! Tepat sekali, terkadang kita harus melepaskan beberapa hal akrab dalam diri kita yang sebenarnya proses pertumbuhan mental kita sudah tidak butuh itu lagi—dan memang rasanya ogah banget ya—untuk bisa menyambut hal baru. Sifat alamiah manusia adalah berpegang teguh atas sesuatu yang bagi dia sudah akrab, tetapi justru itulah yang membuat seorang manusia menderita. Karena penderitaan berasal dari ketidakterimaanmu atas sebuah perubahan, di mana kamu berusaha mengendalikan perubahan seturut kehendakmu. Padahal satu-satunya yang abadi di dunia ini adalah perubahan. Perubahan adalah inti peradaban. Inti dari eksistensinya waktu. Inti dari evolusi dan revolusi. Menurut Darwin, Bapak Evolusi, orang yang paling bisa bertahan bukanlah mereka yang paling kuat, melainkan mereka yang paling bisa mneyesuaikan diri. Kamu tidak bisa menentukan arah angin, juga tidak bisa mengendalikan ke mana lajunya. Kamu hanya bisa menyesuaikan layarmu.
Tanpa perubahan kita tidak bertumbuh dan berkembang. Saya berterimakasih dan bersyukur untuk itu.
Menerima, jangan menolak. Bersyukur, jangan mengeluh. Amati, jangan judge. Let go and move on!
Selamat berterimakasih dan beryukur.

2 komentar:

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.

    Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan

    Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com

    Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.

    Sepatah kata cukup untuk orang bijak.

    BalasHapus
  2. How does gambling stop when you lose? - Dr. Dr. Dr. Dr.
    By doing so, 군산 출장안마 your 강릉 출장안마 gambling 정읍 출장샵 self-control can cause a loss, regardless of 태백 출장안마 what's going 출장마사지 on and why you shouldn't stop gambling.

    BalasHapus