Rabu, 28 Maret 2018

10 Alasan Kenapa Saya Suka Musim Semi


Selamat datang kehidupan!

sumber gambar

Belahan utara bumi menyambut datangnya musim semi sejak tanggal 21 Maret kemarin. Winter yang muram dan kelabu akhirnya berlalu, kini musimnya pucuk-pucuk keluar dari tunas dan bersemi, maka itulah disebut musim semi. Musim ini tidak hanya ditandai oleh mekarnya bunga-bunga dan dedaunan, melainkan juga masih banyak fenomena alam lainnya: yang jadi favorit saya sudah saya catat di bawah ini. Musim dan pergantiannya mempengaruhi keadaan dan kondisi psikologis manusia, setidaknya mood! Sewaktu di Indonesia yang mana kita hanya punya dua musim (dengan perbedaan temperatur yang hampir tidak eksis), saya tidak kepikiran bahwa it is possible, namun setelah mengalaminya sendiri saya jadi percaya, sambil terkesima bahwa itu nyata. Apa, seperti apa dan kenapanya akan kalian temukan di tulisan berikut ini.

1.    Bunga-bunga bersemi, semerbak di sana sini
…mulai dari yang ditanam dan dirawat di halaman rumah sampai yang liar di hutan dan di pinggir jalan. Pepohonan menghijau. Rerumputan mengeluarkan tunasnya dari balik timbunan dedaunan kering dan mati sisa dari musim gugur dan winter. Favorit saya adalah bunga sakura (Kirschblüten) seperti yang tampak di foto ini, yang biasanya mekar di bulan April.
 
sumber: foto sendiri :)


2.    Kicauan burung di mana-mana
Tidakkah itu indah? Sementara di belahan dunia lain, misalnya New York, soundtrack kota mereka adalah sirene truk pemadam kebakaran, di sini saya menikmati nyanyian alam. Jika kamu ke kebun binatang pada musim semi, gaduhnya wow! Tidak heran, es ist Frühling!

3.    Lepas! Lepas! Lepas! 
   Bagi saya musim dingin adalah musim terberat. Berat jaketnya, mantelnya, Turtleneck-nya, syalnya, topi rajutnya, sarung tangan, sampai sepatu UGG yang setinggi lutut. Waduh, hampir susah bernapas sih, tapi terpaksa beradaptasi. Sial! Saya ingat banget tuh, awal-awal di Jerman kecekik mulu lehernya sama turtleneck dan syal. Jadi tiap lima menit longgarin leher. Tapi karena sekarang musim semi, akhirnya bebas dari “penjara outfit”. Meskipun di Jerman utara domisili saya, bulan Maret itu masih dingin, saya masih belum bisa ganti jaket winter saya ke trenchcoat, tapi setidaknya sepatu bot dan sarung tangan sudah bisa saya lepas.

4.    Aroma kehidupan
Musim semi memancarkan aura kehidupan lewat banyak perantara, salah satunya lewat udara. Tidak percaya? Keluar saja dan tarik napas dalam-dalam sambil menghirup udara segar: it smells like blossoms and green leaves! Tentu beda jauh dengan udara musim dingin yang beku dan kosong.
sumber: foto sendiri :)

Saya suka mengingat, di dalam udara itu, meski tidak kasat mata, terdapat serbuk sari yang tertiup ke segala arah, membawa cikal bakal kehidupan ke kehidupan yang sesungguhnya. Saya sarankan untuk berhati-hati, karena kita (yang belum mengenal musim semi sebelumnya) tidak tahu apakah kita alergi serbuk sari. Saya beruntungnya tidak, namun tidak menutup kemungkinan suatu waktu mendapat alergi tersebut. Karena bisa saja kita tidak alergi terhadap serbuk sari dari pohon X, namun alergi terhadap pohon Y. Di Jerman fenomena penyerbukan ini disebut Pollenflug (Pollen: serbuk sari, Flug: terbangnya); menyebabkan banyak orang bersin-bersin. Banyak panduannya di internet, pohon apa, pada bulan apa berbunga, check this out, guys!

5.    Sinar matahari memanjang! 
  Jika di winter jam 3 sore itu sudah gelap, di musim semi everything gets better. Jam 6 sore gelapnya. Yeahhh! Saya tidak bisa hidup tanpa sinar matahari. Khatulistiwa sejati hehehe. Bukan saja keindahan sinarnya yang membuat kita cerah ceria, namun juga pengalih lelah dan suntuk. Sepengamatan saya, jika saya pulang kerja dan hari masih terang, pikiran saya akan teralihkan dari betapa beratnya hari yang saya lalui di tempat kerja selama 9 jam! Namun jika keluar pintu saja sudah gelap yang menyambut (mood-nya tumbang saja ke kasur!), kesumpekan dan suntuknya kerja saya seharian kecantol saja di pundak tidak pergi-pergi, dan itu membuat saya semakin lelah dan stress hingga tubuh tertumpuk di kasur, blackout dan dibuang ke hari gelap berikutnya. Di mana matahari baru keluar jam 8 pagi!!! Tidak heran depresi paling tinggi terjadi di musim dingin.

6.  Orang jadi lebih cerah dan bersemangat, mood menjadi stabil dan tidak perlu lagi bersembunyi di balik jaket winter tebal mereka.
Pada saat musim semi, alam hidup kembali dalam pengertian yang sesungguhnya; bukan hanya bunga dan pohon bertunas dan merekah, hewan keluar dari hibernasinya dan mencari pasangan penetrasi, tetapi manusia pun ikut “bersemi”. Rahasianya? Curah matahari yang bertambah. Tahukah kamu bahwa sinar matahari adalah pelatuk hormon serotonin dan endorphin? Kedua hormon ini bertugas melepas rasa bahagia di otak dan membuat suasana hati terangkat. Manusia “terbangun” dari kebekuan winter yang digantikan oleh kehangatan musim semi yang jernih.

7.    Entah ini hanya saya atau kalian juga, tapi sayur-mayur yang saya beli di musim dingin itu rasanya no-go! Mungkin karena diimpor jauh-jauh kali ya? Dari Amerika Selatan begitu? Saya berterimakasih sekali kepada musim semi, musimnya penetrasi, musimnya hewan dan tumbuhan melipat-ganda, musimnya serbuk sari membuahi sesuatu yang ujung-ujungya tersaji di atas meja makan kita. Akhirnya kami bisa menikmati kembali sayur lokal yang tidak perlu disemprot pengawet karena seminggu terbang pakai pesawat dari pelosok-pelosok dunia. Akhirnya kami bisa makan Spargel produksi lokal sekitar April yang rasanya tentu jauh beda, bebas pengawet; lebih nikmat dan intensif karena kebun sang bapak petani tidak sejauh di Spanyol sana.

8. Saat yang sempurna untuk keluar dan menikmati alam. Jika bumi sudah berevolusi mengelilingi garis matahari, menjadi seperempat kali lebih dekati dengannya, artinya Winter yang gelap dan murung terselubungkan lebih dari lima puluh gradasi abu-abu telah tertinggal di belakang! Orang-orang mulai terlihat di jalanan hanya untuk sekedar menikmati musim semi dan menghirup aroma kehidupan. Musim “menatap keluar lewat jendela” terlalu berlalu, sekarang tiba saatnya keluar rumah dan menyambut “dunia yang baru”.
sumber: foto sendiri :)


9.    Suasana hati serta-merta terbawa sukacita ini.
Siapa yang sanggup murung jika dunia di luar sana dihiasi kuncup-kuncup bunga aneka warna, tunas mengintip di mana-mana, pepohonan semakin menghijau dari hari ke hari, burung-burung bernyanyi, udara menghembuskan aroma segar, sejuk dan wangi…. apalagi setelah musim dingin yang “membelenggu” bumi selama 3 bulan sebelumnya.
 
sumber: foto sendir i:)
10.          Ini adalah musim ideal untuk melakukan olahraga.
Seperti yang telah saya tulis di artikel sebelumnya, pada musim dingin orang-orang mengalami kenaikan berat badan yang mana wajar secara biologis. Berhubung jam terang di musim semi memanjang dan temperaturnya meramah, ini adalah musim ideal untuk melakukan olahraga. Jogging di antara kuncup-kuncup daun bunga yang baru mekar dan menghirup udara segar adalah salah satu pilihan nge-hit yang ditawarkan musim semi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar