Senin, 09 Mei 2011

Pulang Ko Kotong Bangun Sama-sama Kupang



Pernah baca novel “Lembata” karangan F. Rahardi? Novel itu bercerita tentang seorang romo (Romo Pedro) yang kembali untuk membangun daerahnya setelah studi S2 nya di Jakarta selesai. Ia merasa iba melihat kesengsaraan dan kemiskinan yang ada di daerah asalnya, NTT. Kebetulan ia diutus untuk menjadi pastor di Lembata, pulau kecil yang dikenal dengan ritual menangkap ikan pausnya dan tanah kelahiran Jenius Bahasa, Goris Keraf—namun masyarakat di sana hidup di bawah kemelaratan.
Meskipun ia akhirnya keluar dari imamatnya (menjadi orang biasa), namun semangat Romo Pedro untuk berkarya justru semakin membara. Dengan kecerdasan dan keluwesannya (bahkan ketampanannya yang luar biasa), ia tak pernah sedikit pun terpikir untuk tinggal dan mencari pekerjaan di Jakarta atau kota besar lainnya. Padahal orang setipe dia bukan levelnya tinggal di NTT, apalagi di Lembata. Sebenarnya dia bisa saja bekerja di mana saja, dengan ijazah S1 Teologi dan S2 Ekonominya, tetapi justru ia jadikan itu sebagai talenta untuk membangun tanah kelahirannya. Yang ia lakukan adalah membudidayakan tanaman anggur dan gandum di Lembata. Alhasil, pendapatan daerah tersebut meningkat karena hasil komersialnya. Penduduk pun jadi lebih terbantu dengan didirikannya koperasi setempat.
Di atas tadi hanya sebuah ilustrasi dari sebuah novel fiktif, namun hikmahnya bisa kita ambil dan terapkan di dunia   nyata. Sebagai mahasiswa, hendaknya mulai dari sekarang kita sadar karena kitalah yang akan menjadi masa depan bangsa ini, khususnya daerah kita berasal (masih ingat aturan otonomi daerah kan?). “ Siapa Anda dan dari mana Anda berasal” hampir selalu memnentukan status Anda untuk mendapatkan tempat dalam suatu “ruangan” atau situasi tertentu. Dalam suatu perkenalan, ketika menyebutkan asal, pernahkah Anda merasa bangga saat menyebutkannya? Ataukah Anda canggung sendiri karena sadar betul bahwa daerah Anda berasal terkenal dengan kekurangan air, busung lapar, korupsi yang subur, rendahnya SDM , dsb? Kita tidak mau kan, hal ini berlanjut sampai 10 tahun mendatang? Kalian juga mau kan, di setiap menyebutkan asal, Anda tersungging senyum bangga bahwa Anda berasal dari NTT. Karena itu, mulailah dari sekarang untuk menumbuhkan kesadaran membangun daerah. Do something! Minimal belajar yang rajin agar universitas Anda tidak merasa sembelit dengan keberadaan Anda. Ukirlah prestasi di bidang tertentu, agar bisa ada sesuatu yang bernilai positif yang bisa dibanggakan.
Bagi teman-teman yang menempuh pendidikan di luar NTT, saran saya, selesai wisuda kembalilah ke kampung halaman kita. Bangun dan baharuilah mereka. Dengan  hal-hal positif yang inovatif yang sudah dipelajari dari tanah rantauan. Tentu kita akan menuai buah yang manis demi masa depan anak cucu kita nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar