Kamis, 05 Mei 2011

Maniak Cabai Rawit ala Orang Kupang

       Kebiasaan orang Kupang yang satu ini memang jangan diragukan lagi. Sebagai salah satu hasil pertanian utama di pulau Timor, cabai rawit (dalam bahasa Kupang : Kurus) memegang peranan penting. Pada saat musim kemarau tiba, banyak petani yang menanamnya di lahan tanam mereka. Selain nilai jualnya yang tinggi, tetapi orang Kupang sendiri memang begitu gemarnya dengan buah yang satu ini. 
      Begitu banyak jenis makanan khas Kupang yang bisa diramu dengan "si kecil" ini, misalnya lawar, Jagung Bose, singkong rebus (ubi), RW -- bukan RW yang Rukun Warga itu, tetapi RW yang daging anjing itu (di Kupang, RW identik dengan daging anjing, sedangkan di daerah lainnya di NTT, RW bisa juga daging babi).  Bahkan RW itu yang menentukan enak-tidaknya adalah cara si "koki" meracik kadar pedasnya cabai rawitnya. 
      Banyak orang Kupang tergila-gila dengan cabai rawit, sampai-sampai ada semboyan, "lebih baik makan nasi tanpa sayur daripada makan nasi tanpa kurus (cabai rawit)". Soal rasa, jangan ditanya lagi. Semakin pedas, orang Kupang akan semakin suka. Kalau di Jawa, orang membuat sambal dengan menambahkan gula agar rasanya gurih dan tak terlalu menyengat lidah, akan tetapi di Kupang justru sebaliknya-- acara goyang lidah merupakan ritual menarik saat menyantap makanan. Jadi, biasanya remaja Kupang yang berkuliah di luar NTT akan mengeluh soal sambal yang rasanya kok malah manis.
      Hmmm.... apakah karena itu, makanya banyak yang bilang rata-rata wanita Kupang cerewet-cerewet seperti orang kepedasan makan sambal...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar