Kamis, 29 Maret 2018

Susah Payah Menjadi Au-Pair di Jerman



Sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, kata au pair bukan lah sesuatu yang asing di telinga. Saya kenal banyak teman/adik/kakak tingkat yang sudah/sedang mengantongi pengalaman ini. Meskipun begitu, saya juga ingin tegaskan bahwa untuk jadi au pair, orang tidak perlu ke bangku universitas. Banyak juga yang menempuh jalan lain, misalnya lewat agen-agen au pair.

Jaman di kampus dulu, saya suka menerawang, membayangkan bagusnya kesempatan ini jika dapat saya raih. Saya sudah susun rencana setelah au pair: pengen kuliah master di Jerman. Mimpi ini ternyata tidak selurus penggaris. Hingga hari ini pun saya masih belum berstatus mahasiswa, meskipun kontrak au pair saya sudah saya arsipkan 3 tahun yang lalu.

Saya menulis artikel ini bukan untuk menakut-nakuti siapa pun, saya hanya ingin berbagi pelajaran yang saya dapat. Tidak semua au pair cukup beruntung untuk mendapat Gastfamilie yang bagus dengan wish list yang di cross-check dari A-Z… Misalnya ada au pair yang ongkos kursusnya dibiayai 100 % oleh sang Gastfamilie, ada yang dikasi karcis bus dan kereta gratis, dikasi pulsa, difasilitasi mobil untuk dikendarai sendiri saat menjalankan dinas (baca: antar-jemput anak), dikasi laptop, dikasi handphone, kerjanya hanya 2-3 jam sehari, tinggal di pusat kota dan bebas kejenuhan, dibawa berlibur ke Dubai dan dikasi kamar hotel sendiri, dsb… Ada pula yang….seperti saya.

Tips untuk tidak jadi au pair yang macam saya juga sudah saya cantumkan di bawah sana J

Januari 2015 saya mendapat konfirmasi dari sebuah keluarga bahwa mereka menginginkan saya menjadi au pair. Senang! Di Profil mereka di website pencomblangan au pair-GF (baca: Gastfamilie) itu tercantum bahwa mereka memiliki empat anak (7,5,4,3 tahun usia mereka). Keempat-empatnya harus saya “asuh”. Oke, saya memang penyuka anak-anak! Pada akhirnya memang dari keempat anak itulah saya belajar dasar-dasar karakter orang Jerman. Misalnya saya jadi tahu kenapa mereka sangat mandiri dan bertanggung jawab. Well, lanjut. Maretnya saya berangkat. Keluarganya tinggal di sebuah kompleks perumahan di sebuah kota kecil. Saya memang penyuka kota kecil, semakin kecil saya semakin suka. Jenuh terhadap kecilnya sebuah kota belum pernah jadi dilema saya, namun kalau kangen kampung halaman, jenuhnya terasa! Melihat manusia (asing) lewat di jalan saja sudah senang, kira-kira begitu.

Itu tadi setting tempat, sekarang langsung saja ke babak belurnya. Sejak di Indonesia saya sudah dikirimkan jadwal kerja lewat email. Saya baca, cukup fair. Atau lebih tepatnya saya tidak tahu saat itu, idealnya fair itu kayak apa, dan apakah itu masuk akal... Menurut jadwal itu: Senin-Jumat itu hari dinas saya. Tiap hari, jam mulai dan jam berakhirnya beda-beda. Sebagai contoh, Senin jam 6.45 -14.00 dengan satu jam Pause sekitaran jam 9 atau 10 pagi, Selasa beda lagi, dst... Isinya mencakup menyiapkan sarapan untuk keluarga dan bekal buat si anak cowoknya (7 tahun), merapikan dan membersihkan meja makan setelah sarapan, piring dan perkakas kotor lainnya dimasukkan ke mesin cuci, menyedot kotoran di ruang makan, dapur dan koridor, setrika, jika mesin cuci sudah selesai: mengeluarkan perkakas makan dari mesinnya dan merapikannya ke laci-lacinya, menyiapkan makan siang untuk anak-anak, diakhiri menjemput ketiga anak gadis dari TK. Kelar. Ini benar-benar saya kutip dari hitam-di-atas-putih, ya.

Implementasinya sebagai berikut. Saya bekerja hampir tanpa istirahat sampai jam 19.00. Jika saya ada waktu luang, anak-anaknya minta ditemani main. Saya tidak bisa tolak. Mama-Papa mereka kerja seharian. Jam 8 pagi pergi, baru tiba rumah nanti jam 17.30/18.00. Selama itu masakan saya mempercayakan si bocah tiga tahun itu turun naik tangga sendiri? Saya ingin total kerja, saya jagalah anaknya, alhasil saya jadi sangat lelah karena lembur. Belum lagi hampir tiap hari saya siapkan mereka makan malam juga. Memang sih makannya dingin (tanpa tindakan masak-memasak: roti-rotian), tapi itu semua tenaga guys! Habis itu saya rapikan lagi mejanya, repeat! (lihat proses sarapan pagi deh!)

Dan nomor “setrika” yang tercantum di skejul ternyata ada plus-plusnya: saya juga harus mengganti seprei dan sarung bantal anak-anak (kalau tidak salah seminggu sekali), memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci, setelahnya ke mesin pengering pakaian jika tidak digantung di… apa ya nama benda itu dalam Bahasa Indonesia? Kalian tahulah yang saya maksud…Lantas kalau sudah kering yang perlu disetrika harus saya licinkan, dihanger/dilipat, dibawa ke kamar mereka, dst… Aduh, tugas saya itu kalau diinventaris tidak ada habisnya! Nanny merangkap babu lah kira-kira.

Ada lagi nih, “mengganti popok si bocah 3 tahun” adalah tugas yang tercantum pada hari selasa. Logikanya kan itu bisa terjadi pada hari apa saja! Lembur lagi, tenaga lagi, waktu lagi!

“Menjemput gadis-gadis kecil dari TK” adalah travelling setengah bolah dunia! Letak TK mereka jauh sekali dari rumah, sudah begitu kami memang dianjurkan jalan kaki (satu-satunya halte bus terletak lumayan jauh dari rumah dan jam lewatnya tidak ngepas ke jam kelar TK nya anak-anak). Sudah begitu si bocah 3 tahun itu masih harus didorong pakai kereta bayi. Maka saya pun “menyetir” melewati lembah yang mendaki dan menurun (benaran demikian topografinya!) hingga tiba rumah. Kalian silahkan tidak percaya, tapi batita itu montok banget, ditambah keretanya didorong kosong saja sudah berat. Ketika itu musim semi, masih dingin, selangkangan saya suka sakit pegal dan nyeri kalau kena dingin. Dalam kondisi otot dan sendi yang malang seperti itu saya dorong keretanya jauh-jauh hingga depan pintu rumah! Dingin lagi! Waktu saya ceritakan mama mereka tentang keluhan saya, dia responnya, “Hm, aneh.” Sekian saja. Anak gadis yang umur 4 tahun itu sering rengek ala putri-putri dalam perjalanan pulang, lumayan susah diarahkan dan suka menangis for noooooo reason. Pernah itu gara-gara dia main drama pakai air mata akhirnya saya dituduh penyebabnya.

Saya pangkas saja ya keluhannya, nanti tidak kelar-kelar tulisan saya.

Intinya, saya tidak diberikan kemewahan seperti pulsa, tiket bus, barang elektronik, 100% biaya kursus, dst: memang sudah tercatum di kontrak seperti itu. Malah ketika kami libur bareng pulangnya saya harus beli tiket sendiri; naik Flixbus lagi, 12 jam perjalanan demi tiket murah!!! Licinan bokong saya daripada papan setrika, bu! Yah begitulah, sudah gaji kecil, saya perlu ekstra merogoh dari saku sendiri 40  Euro lagi per bulan untuk biaya kursus! Ongkos beli buku paketan di tempat kursus juga tanggungan pribadi, bangkrut lah.

Empat bulan kemudian saya mengundurkan diri.

Tips dan trik jadi au pair di Jerman

1.     Baca profil GF mu di website nya baik-baik dan teliti

2.     Sebaiknya carilah keluarga yang sebelumnya sudah memiliki au pair (mereka tahu lebih baik bagaimana caranya memperlakukan au pair)

3.     Paling ideal kalau calon GF kamu itu memiliki riwayat au pair-au pair yang langgeng hingga masa kontrak berakhir. Itu sudah sinyal positif tentang siapa mereka.

4.     Sangat disarankan membangun kontak dengan mantan au pair terakhir mereka sebelum kesepakatan dibulatkan, tanya feedback sebanyak-banyaknya tentang calon GF mu.

5.     Dari awal banyak tanya: sebelum teken kontrak, pastikan semua penasaranmu yang relevan dengan kerja tercentang.

Apa saja sih yang ditanya?

ü Berapa lama hari dalam seminggu dan jam kerja?
ü Apa tugas saya?
ü Pekerjaan rumah tangga yang ringan? Konkretnya seperti apa?
ü Berapa jarak dari TK/sekolah sang anak ke rumah (jika kamu memang ditugaskan menjemput seperti saya)
ü Adakah bis yang melewati rumah GF? Jika ada, bagaimana frekuensinya? sejam sekali? sejam dua kali? Atau malah sehari tiga kali?
ü Berapa gaji saya?
ü Apa konsekuensinya kalau saya lembur? (dalam bentuk apa pun itu)
ü Siapa yang bertanggung jawab atas pembayaran perpanjangan visa saya setelah masa tiga bulan berlalu?
ü Akankah saya mendapat tiket bus?
ü Berapa lama libur saya dalam setahun?
ü Bolehkah saya menentukan sendiri kapan saya ingin berlibur ataukah saya baru boleh dapat libur jika kalian berlibur?
ü Apakah biaya kursus saya ditanggung penuh?
ü Jika kursus saya telah tamat dan saya ingin mengikuti ujian kelulusan, haruskah saya membayarnya dengan uang sendiri? (kursus dan ujian dibayar terpisah, harga sebuah ujian 200-300 Euro)
ü Haruskah saya membayar dengan uang sendiri buku wajib dari tempat kursus?
ü Bolehkah saya mendapat kunjungan atau menginapkan teman di rumah?
ü Apakah saya diberikan/dipinjamkan sepeda?
ü Boleh kerja sambil main handphone? Di depan anak-anak? (GF saya dulu melarang ini, tidak boleh main hape di depan anak-anak)

6.     Jika kamu melamar secara independen alias  lewat website, bacalah aturan main di situ baik-baik. Baca konsekuensinya jika kamu misalnya dipecat (ini hampir tidak pernah terjadi) atau mengundurkan diri, kepada siapa kamu melapor dan apa akibatnya terhadap ijin tinggalmu serta pilihan apa yang masih tertinggal (saya sih langsung banting stir ke Ausbildung saat itu).

7.     Inti dari au pair bukan saja untuk mengenal Jerman, tetapi juga sub-sub budayanya. Apa itu? Para pendatang yang mengadu nasib di jerman. Tahukah kamu Jerman adalah negara dengan jumlah imigran terbesar di dunia? Di tempat kursus kamu akan mengenal “teman-teman seperjuangan” yang datang dari berbagai negara. Tips saya: segera bergaul! Selain menantang kemampuan Bahasa Jerman kamu, mereka bisa jadi pengobat rindu kampung halaman. Siapa tahu mereka teman asyik untuk diajak ngopi pada saat weekend.

Sekali lagi jangan sungkan bertanya, kalau perlu dikritisi jika sesuatu terasa janggal. Orang Jerman sudah terbiasa kok ditanya dan dimintai penjelasan, mereka tidak akan tersinggung, mereka bahkan sudah terbiasa berdebat, berdiskusi sampai dikritisi, jadi jangan ada rasa tidak enak ala nusantara dalam rangka menjaga perasaan. Kalau kamu merasa terlemburkan, bilang saja! Mereka justru suka orang yang tidak hanya bisa berpikir, namun juga bisa mengutarakan pemikiran itu kepada si lawan bicara. Kalau kamu diam saja, ada kemungkinan kamu dimanfaatkan.


Rabu, 28 Maret 2018

10 Alasan Kenapa Saya Suka Musim Semi


Selamat datang kehidupan!

sumber gambar

Belahan utara bumi menyambut datangnya musim semi sejak tanggal 21 Maret kemarin. Winter yang muram dan kelabu akhirnya berlalu, kini musimnya pucuk-pucuk keluar dari tunas dan bersemi, maka itulah disebut musim semi. Musim ini tidak hanya ditandai oleh mekarnya bunga-bunga dan dedaunan, melainkan juga masih banyak fenomena alam lainnya: yang jadi favorit saya sudah saya catat di bawah ini. Musim dan pergantiannya mempengaruhi keadaan dan kondisi psikologis manusia, setidaknya mood! Sewaktu di Indonesia yang mana kita hanya punya dua musim (dengan perbedaan temperatur yang hampir tidak eksis), saya tidak kepikiran bahwa it is possible, namun setelah mengalaminya sendiri saya jadi percaya, sambil terkesima bahwa itu nyata. Apa, seperti apa dan kenapanya akan kalian temukan di tulisan berikut ini.

1.    Bunga-bunga bersemi, semerbak di sana sini
…mulai dari yang ditanam dan dirawat di halaman rumah sampai yang liar di hutan dan di pinggir jalan. Pepohonan menghijau. Rerumputan mengeluarkan tunasnya dari balik timbunan dedaunan kering dan mati sisa dari musim gugur dan winter. Favorit saya adalah bunga sakura (Kirschblüten) seperti yang tampak di foto ini, yang biasanya mekar di bulan April.
 
sumber: foto sendiri :)


2.    Kicauan burung di mana-mana
Tidakkah itu indah? Sementara di belahan dunia lain, misalnya New York, soundtrack kota mereka adalah sirene truk pemadam kebakaran, di sini saya menikmati nyanyian alam. Jika kamu ke kebun binatang pada musim semi, gaduhnya wow! Tidak heran, es ist Frühling!

3.    Lepas! Lepas! Lepas! 
   Bagi saya musim dingin adalah musim terberat. Berat jaketnya, mantelnya, Turtleneck-nya, syalnya, topi rajutnya, sarung tangan, sampai sepatu UGG yang setinggi lutut. Waduh, hampir susah bernapas sih, tapi terpaksa beradaptasi. Sial! Saya ingat banget tuh, awal-awal di Jerman kecekik mulu lehernya sama turtleneck dan syal. Jadi tiap lima menit longgarin leher. Tapi karena sekarang musim semi, akhirnya bebas dari “penjara outfit”. Meskipun di Jerman utara domisili saya, bulan Maret itu masih dingin, saya masih belum bisa ganti jaket winter saya ke trenchcoat, tapi setidaknya sepatu bot dan sarung tangan sudah bisa saya lepas.

4.    Aroma kehidupan
Musim semi memancarkan aura kehidupan lewat banyak perantara, salah satunya lewat udara. Tidak percaya? Keluar saja dan tarik napas dalam-dalam sambil menghirup udara segar: it smells like blossoms and green leaves! Tentu beda jauh dengan udara musim dingin yang beku dan kosong.
sumber: foto sendiri :)

Saya suka mengingat, di dalam udara itu, meski tidak kasat mata, terdapat serbuk sari yang tertiup ke segala arah, membawa cikal bakal kehidupan ke kehidupan yang sesungguhnya. Saya sarankan untuk berhati-hati, karena kita (yang belum mengenal musim semi sebelumnya) tidak tahu apakah kita alergi serbuk sari. Saya beruntungnya tidak, namun tidak menutup kemungkinan suatu waktu mendapat alergi tersebut. Karena bisa saja kita tidak alergi terhadap serbuk sari dari pohon X, namun alergi terhadap pohon Y. Di Jerman fenomena penyerbukan ini disebut Pollenflug (Pollen: serbuk sari, Flug: terbangnya); menyebabkan banyak orang bersin-bersin. Banyak panduannya di internet, pohon apa, pada bulan apa berbunga, check this out, guys!

5.    Sinar matahari memanjang! 
  Jika di winter jam 3 sore itu sudah gelap, di musim semi everything gets better. Jam 6 sore gelapnya. Yeahhh! Saya tidak bisa hidup tanpa sinar matahari. Khatulistiwa sejati hehehe. Bukan saja keindahan sinarnya yang membuat kita cerah ceria, namun juga pengalih lelah dan suntuk. Sepengamatan saya, jika saya pulang kerja dan hari masih terang, pikiran saya akan teralihkan dari betapa beratnya hari yang saya lalui di tempat kerja selama 9 jam! Namun jika keluar pintu saja sudah gelap yang menyambut (mood-nya tumbang saja ke kasur!), kesumpekan dan suntuknya kerja saya seharian kecantol saja di pundak tidak pergi-pergi, dan itu membuat saya semakin lelah dan stress hingga tubuh tertumpuk di kasur, blackout dan dibuang ke hari gelap berikutnya. Di mana matahari baru keluar jam 8 pagi!!! Tidak heran depresi paling tinggi terjadi di musim dingin.

6.  Orang jadi lebih cerah dan bersemangat, mood menjadi stabil dan tidak perlu lagi bersembunyi di balik jaket winter tebal mereka.
Pada saat musim semi, alam hidup kembali dalam pengertian yang sesungguhnya; bukan hanya bunga dan pohon bertunas dan merekah, hewan keluar dari hibernasinya dan mencari pasangan penetrasi, tetapi manusia pun ikut “bersemi”. Rahasianya? Curah matahari yang bertambah. Tahukah kamu bahwa sinar matahari adalah pelatuk hormon serotonin dan endorphin? Kedua hormon ini bertugas melepas rasa bahagia di otak dan membuat suasana hati terangkat. Manusia “terbangun” dari kebekuan winter yang digantikan oleh kehangatan musim semi yang jernih.

7.    Entah ini hanya saya atau kalian juga, tapi sayur-mayur yang saya beli di musim dingin itu rasanya no-go! Mungkin karena diimpor jauh-jauh kali ya? Dari Amerika Selatan begitu? Saya berterimakasih sekali kepada musim semi, musimnya penetrasi, musimnya hewan dan tumbuhan melipat-ganda, musimnya serbuk sari membuahi sesuatu yang ujung-ujungya tersaji di atas meja makan kita. Akhirnya kami bisa menikmati kembali sayur lokal yang tidak perlu disemprot pengawet karena seminggu terbang pakai pesawat dari pelosok-pelosok dunia. Akhirnya kami bisa makan Spargel produksi lokal sekitar April yang rasanya tentu jauh beda, bebas pengawet; lebih nikmat dan intensif karena kebun sang bapak petani tidak sejauh di Spanyol sana.

8. Saat yang sempurna untuk keluar dan menikmati alam. Jika bumi sudah berevolusi mengelilingi garis matahari, menjadi seperempat kali lebih dekati dengannya, artinya Winter yang gelap dan murung terselubungkan lebih dari lima puluh gradasi abu-abu telah tertinggal di belakang! Orang-orang mulai terlihat di jalanan hanya untuk sekedar menikmati musim semi dan menghirup aroma kehidupan. Musim “menatap keluar lewat jendela” terlalu berlalu, sekarang tiba saatnya keluar rumah dan menyambut “dunia yang baru”.
sumber: foto sendiri :)


9.    Suasana hati serta-merta terbawa sukacita ini.
Siapa yang sanggup murung jika dunia di luar sana dihiasi kuncup-kuncup bunga aneka warna, tunas mengintip di mana-mana, pepohonan semakin menghijau dari hari ke hari, burung-burung bernyanyi, udara menghembuskan aroma segar, sejuk dan wangi…. apalagi setelah musim dingin yang “membelenggu” bumi selama 3 bulan sebelumnya.
 
sumber: foto sendir i:)
10.          Ini adalah musim ideal untuk melakukan olahraga.
Seperti yang telah saya tulis di artikel sebelumnya, pada musim dingin orang-orang mengalami kenaikan berat badan yang mana wajar secara biologis. Berhubung jam terang di musim semi memanjang dan temperaturnya meramah, ini adalah musim ideal untuk melakukan olahraga. Jogging di antara kuncup-kuncup daun bunga yang baru mekar dan menghirup udara segar adalah salah satu pilihan nge-hit yang ditawarkan musim semi.




Kamis, 08 Maret 2018

Ceritakan saja! (Narasi adalah santapan lezat otak)



Enam tahun yang lalu….
Teater adalah minat besar saya dalam dunia seni pertunjukan. Sewaktu kuliah di Jogja, saya selalu berusaha mendatangi panggung-panggung sandiwara meskipun dompet mepet. Ah, ingat masa itu, nostalgis! Terkadang Entrinya hanya 10 ribu rupiah, maklum teater di kampus sendiri; Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (kami memang beruntung). Selain sebagai pencinta kata-kata, saya menikmatinya dengan lebih intensif kalau itu divisualisasikan, apalagi dengan tabur irama dan musik! Ketika mata mengamat, telinga dan kepala aktif, di saat itu emosi terprovokasi. Pertunjukan teater diakhiri dengan aplaus yang meriah dan penonton pulang dalam diam yang damai. Mungkin juga sumringah.


Tiga tahun lalu …
Sejak domisili saya di Jerman, saya dikenalkan pada teater oleh pacar saya, yang juga penyuka panggung. Antusias saya bak gayung bersambut. Kami mengunjungi teater berkali-kali dalam setahun, maklum, harga tiketnya sudah bukan 10 ribu rupiah lagi. Karena kami menonton teater tersebut bareng, kami jarang mengupas ulang dramanya karena sama-sama sudah tahu jalan cerita. Seringnya kami hanya mengulang-ngulang cuplikan-cuplikan lucu atau kalimat-kalimat sarkastis yang terucap oleh para pemain yang layak kami kopi sebagai bahan bercanda.


Sejak setahun yang lalu…
Di tempat saya bekerja, klinik gigi, kelamaran seorang dokter muda, Frau Mou, yang usianya sama dengan saya. Begitu tahu kami memiliki ketertarikan yang sama, kami selalu bertukar cerita tentang pengalaman mengunjungi teater; di mana teaternya, apa judul dramanya, apa yang dipentaskan, alur cerita,  sampai kritik dan berapa jempol yang layak didapat teater itu. Dan itu kerap kami lakukan sambil membor gigi pasien (karena memang jarang ada waktu ongkang-ongkang). Lewat pertukaran cerita kami itulah saya jadi kepikiran satu hal. Dan ini menggelitik, sodara-sodara. Saya tidak bisa lagi recall sebagian besar drama yang pernah saya saksikan, baik yang di Jogja maupun yang di Jerman. Waktu adalah faktor besar, memang. Tapi sebagian besarnya tidak ingat? Ini tidak sehat! Kebalikannya, ketika saya menonton drama Cassanova’s Comeback tahun lalu, saya masih ingat betul plotnya hingga hari ini. Tentu terlalu muluk untuk mengingat nama setiap pemain. Namun saya sanggup menceritakan dari awal sampai akhir, jika diminta lagi. Pasalnya, seminggu setelah pertunjukan, saya menceritakannya kepada Frau Mou. Kembali lagi ke belakang kursi pasien, mengebor gigi berlubang. Kali itu saya benar-benar mencurahkan banyak detail saat ditanya drama itu tentang apa. Kami bahas-bahas sebentar tentang isi dan temanya, selesai. Gigi pasien tertambal.

Satu hal yang menarik perhatian saya di sini: jika sesuatu itu saya ulaskan kembali, apalagi dengan kata-kata sendiri, pasti akan tertanam lebih kuat di ingatan. Dan itu tidak hanya terjadi dalam hal menonton teater, tetapi juga film, buku, artikel, cerita anekdot, apa pun itu, bahkan pelajaran Kewarganegaraan sekalipun!

Harapan untuk mengingat dalam jangka waktu lama detail cerita dalam apa pun itu yang pernah kita tonton, baca, dengar, memang rada mustahil. Kita bukan gajah! Tapi menanamkan teknik daya ingat ke otak itu sederhana saja: narasi! Jika kita menceritakan kembali sebuah pelajaran atau penjelasan atau teori (tentu saja pakai versi bahasa kita sendiri), kita menjadi terlibat aktif di dalamnya. Ketika kita menjadi moderator utama, kita akan menguasai jalan cerita, dan mengingatnya dalam jangka waktu yang cukup lama, demikian menurut Profesor psikologi Dan Johnson, dari Universitas Washington and Lee. (referensi ke teks )

sumber gambar

Sepuluh tahun yang lalu…
Seragam putih abu saya adalah saksi jaman umur belasan di mana pelajaran di kelas terasa lebih membosankan daripada hanya sekedar duduk bengong kemasukan lalat di kantin sekolah. Hari Senin pelajaran X, Senin depannya, saya—kami—sudah lupa minggu lalu diajarkan tentang apa. Kami lupa rumus, lupa kurva, lupa definisi dan teori, lupa nama-nama senyawa… entah ke langit ke berapa terbangnya semua itu! Tetapi kami ingat akan anekdot-anekdot yang guru-guru tersebut ceritakan minggu lalu! Bagaimana bisa? Padahal pada jam yang sama mereka menjelaskan tentang kurva/rumus sekian. Kenapa yang kurva atau rumusnya menguap keluar atap sedangkan cerita anekdotnya malah mengendap di kepala? Jawabannya simpel saja: otak kita menyukai narasi. Kita (atau otak kita) menyukai hal-hal yang dijelaskan dalam bentuk cerita. Begitulah gaya kerja otak. Tetapi untuk menyimpan ingatan ini lebih lama, kita harus menceritakannya kembali. Profesor Johnson melakukan eksperimen dengan mahasiswa-mahasiswanya yang dia sebut nano-narratives. Mereka diberi tugas untuk retelling story yang diberikan oleh professor Johnson menggunakan konsep ala mereka sendiri. Alhasil sang professor tidak perlu lagi mengulang-ulang cerita yang sama karena sekelas sudah hafal.

                                                                ↞↠
Kenapa mengingat itu sangat penting? Kita butuh mengingat untuk bisa belajar. Kita butuh daya tahan ingatan dalam kantong memori kita.


Selasa, 06 Maret 2018

10 Alasan Kenapa Saya Suka Winter



Di belahan utara bumi (Nordhalbkugel) di mana saya sekarang tinggal dinginnya minta ampun. Minggu lalu tercatat minus 17 derajat Celcius! Tidak ada wajah yang berseri kalau temperatur menurun, apalagi sedahsyat itu. Yang ada kulit mengering: bibir “pecah-belah”. Lupakan tangan mulus ala putri keraton.

Menurut kalender Nordhalbkugel, Winter berlangsung dari 21 Desember sampai 20 Maret. Namun pengalaman saya, sejak November saja sudah dingin sekali. Hari memendek, artinya jam 5 sore sudah gelap. Makin lama jumlah jam terang berkurang, jam gelap bertambah. Dalam bulan Desember misalnya, jam 4 sore itu sudah “malam”. Tidak ada yang menyukai gelap, orang Jerman pun tidak. Gelap, dingin, kelembaban udara tinggi, angin, basah…Itulah tipikal musim dingin di Jerman utara.

Begitu sulit menjaga hati tropis saya tetap hangat di sini, namun saya telah memutuskan untuk mencari kehangatan bukan dari temperatur sebagai sumber. Because it doesn’t work, sodara-sodara. Sampai pemanasan global mengurak-urakkan Asia, Jerman tetap saja dingin! Mungkin 50 tahun lagi  sampai semua bongkah es di Nordpole cair? No one wants to see that day, I think.

Anyway, musim dingin menawarkan banyak keindahan sebenarnya, jika bukan hanya keasyikan. Terkadang butuh waktu untuk mengamini itu, seperti pengalaman penulis sendiri yang hatinya katulistiwa sejati. Syaratnya gampang, Don’t compare, forget who you are, forget where you come from for a while when it comes to living for the moment, just live here and now. Dan ini dia sepuluh hal menyenangkan yang saya rekam dari musim dingin di Jerman…

sumber gambar


1.          Terbebas rasa takut dari kalori.
Winter itu musimnya makan daging (sayur mayur jadi mahal) dan manis-manisan (beberapa orang “mengatasinya” dengan konsumsi alkohol yang lebih, karena konon alkohol menghangatkan tubuh). Kenyataannya rata-rata manusia akan bertambah berat badan pada saat musim dingin karena tubuh kita sedang membangun “penghangat” internal. Benar sekali, lemak! Itu terjadi secara alamiah. Dan berita bagusnya adalah saya tidak perlu ambil pusing, toh winter adalah musimnya bersembunyi di balik jaket tebal, di mana gendut tidaknya seseorang tertutup rapat.

2.          Lebih banyak waktu untuk menulis
Oh ya! Karena musim panas terlalu bagus untuk duduk diam di rumah, saya sudah banyak ketinggalan aksara saking asyiknya bersepeda, grill dan bermain air di sekitaran desa saya yang dikelilingi banyak danau.
Saya paling suka ketenangan musim dingin yang karismatik, hutan yang sunyi jika dipandang dari balik jendela apartemen saya, mengagumi pepohonan yang diam dalam mistik setiap kali lewat dengan bus… Setiap orang asing yang saya jumpai di dalam bus atau di jalan raya menarik diri dalam-dalam ke balik mantelnya, memberi setiap dari kita tempat lebih untuk berpikir dan merenung. Dan jika kepala saya sudah penuh, saya harus menulisnya! And I’m in the mood! Banyak orang lain menerjemahkan ketenangan winter ke dalam menonton film/ serial, membaca buku, merajut, merenda, dsb, yang oleh pesona Summer terbengkelai semuanya.

3.          Cuci gudang! Cuci gudang!
sumber gambar

Hell yeah!!! Pada penghujung dan awal tahun kita bisa belanja sepuasnya. It’s Sale! Sale! Sale! time, girls!!!

4.          Weihnachtsmarkt!
Alias pasar natal. Mungkin karena musim dingin di Eropa jatuh pada masa natal, sehingga pasar ini sangat bernuansa natal dengan ornamen pohon natal di sana-sini. Padahal pasar ini jauh dari nilai religius. Marketnya lebih ke arah have fun dan kuliner. Saya terang saja bukan kuliner junkie ya, tapi saya pecinta pasar malam! Hehehehe…(Jadi ingat Sekaten di Jogja meeen!) Everybody loves it! Hawa dan aura kesendirian nan kesepian ala winter membuat siapa pun rela membunuh untuk melihat keceriaan manusia lain. Serius. Hanya untuk sekedar tahu: kehidupan masih hidup. 
sumber gambar

Dan selalu ada Glühwein di mana pun itu! Itu, anggur merah yang dimasak dalam campuran dengan madu, kapulaga dan kayu manis. It smells soo Christmassy! Oh ya, jangan lupa berseluncur di atas arena es ya, kalau ke Weihnachtsmarkt!

5.          Salju!
Nah, ini dia! Winter tanpa salju seperti sayur tanpa garam! Bayangkan, padang luas yang datar dan bergelombang tinggi dan rendah yang tertutup permadani putih bersih, atap-atap rumah dan pemukiman penduduk yang terselimut tebal seolah terbungkus hangat oleh kedinginan yang indah, permukaan danau yang membeku hingga orang tidak bisa membedakan apakah dibawahnya tanah atau air, cabang ranting pohon dan tumbuhan yang berubah putih karena ditutupi salju, senja yang indah karena oranyenya bertemu putih di atas bumi… dan masih banyak lagi fenomena indahnya salju.
sumber gambar

Butuh waktu yang cukup lama sampai saya mengakui salju itu indah. Pasal gugatannya satu saja: dingin! Sehingga saya “menutup mata”. Oh yea, I’m a real looser when it comes to frost! Tapi setelah memegang prinsip “Tidak ada cuaca yang salah, yang salah itu kostum!”, saya berani berburu keindahan salju di hutan di belakang rumah dengan kaos tangan empuk dan topi rajut hangat. Adalah pacar saya yang senantiasa sabar membawakan sudut-sudut keindahan tersembunyinya Jerman ke depan mata saya. Kita hanya butuh beberapa jam berturut-turut turunnya salju untuk menikmati gundukan putih tak berdosa itu. Favorit saya kalau ranting-ranting terkecil sebuah tumbuhan pagar “menangkap” salju dan membentuknya sesuai lajurnya! Dan suara gemericik es yang pecah ketika kami melemparkan batu atau batang kayu ke dalam danau yang beku. Suaranya menyerupai gelas kaca yang pecah.
Ya ampun, ternyata saya tulis banyak ya, tentang salju!!

6.          Akhirnya Stiefel dari Keller (gudang bawah tanah) keluar juga!
Passion fashion terbesar saya adalah sepatu bot alias Stiefel. Selain cool keren dan gaul abis (:D) juga bebas terjangan udara beku di betis, hehehe.

7.          Kehangatan emosional
Dari pusat kota sampai sudut desa setiap perumahan dihiasi karangan lampu LED di tepi-tepi atap atau di bingkai jendela. Semua orang berkreasi membiarkan bidang huni mereka berkerlap-kerlip ketika hari menggelap. Bahkan pohon-pohon di depan rumah pun didekorasi dengan lampu aneka warna. Balai kota atau balai desa mengikuti irama yang sama: mereka menghiasi sentral-central tertentu yang dianggap banyak dilewati orang, atau bahkan menancapkan pohon cemara di tengah-tengah bundaran dan menghiasinya dengan lampu LED. Menyaksikan ini saat musim dingin tiba rasanya menghangatkan jiwa. Rasanya seperti dikelilingi ratusan kunang-kunang.

8.          Atmosfer perayaan
sumber gambar

Lampu LED kelap-kelip sudah, pasar natal sudah, Glühwein sudah, Ice Skating, shopping-shopping juga sudah… kerasa akhirnya kalau hampir setiap hari adalah hari raya. Dan memang! Orang-orang akan memanggang biskuit dan menumpuk coklat, bersiap-siap menanti hari natal atau sekedar memanjakan lidah. Jadi ingat jaman indah waktu masih di rumah kalo Desember tiba…

9.          Apresiasi selimut
Kuscheln adalah bahasa Jerman untuk tindakan peluk-memeluk dalam rangka mencari/berbagi kehangatan: entah dengan diri sendiri atau dengan sesuatu/orang lain. Pada musim dingin aktivitas ini naik rating! Karena tubuh manusia disetel untuk berhibernasi oleh alam, maka tidak heran jika sepanjang musim ini kita cenderung lelah dan merindukan yang hangat-hangat. Keempukan selimut adalah sumber yang paling praktis dan ekonomis, bermalas-malas di bawah tumpukan selimut sudah terasa luxus pada masa musim dingin. Tubuh memberat setiap kali hendak keluar dari sana, yang mana wajar karena dia sedang berada dalam modus tidur panjang. Dan momen terbungkus kehangatan ini layak banget dinikmati, live the moment guys!

10.        Sauna dan Badewanne
sumber gambar

Lega rasanya bisa mencelupkan pori-pori yang kaku ke dalam air hangat dalam bathtub sambil menikmati minuman atau apa pun itu; Make the best out of it! Take your (me) time!
… Atau sekedar ongkang-ongkang berkeringat di sauna sepanas 90 derajat Celcius dengan imbalan terbebaskan dari pegal dan nyeri otot! Rasanya 10 kali lebih istimewa jika dilakukan pada musim lain.





Minggu, 04 Maret 2018

Drama di Belakang Rumah


Langit yang tadinya tenang dan biru



sekonyong-konyong gemetar




matahari yang tadi-tadinya hangat



terkubur kejaran awan pekat



cahaya meredup, cakrawala menggelap



hati yang berbinar kehilangan sinar



kicauan merdu burung di pucuk-pucuk kering



dirampas guntur yang menggelegar



daun dan dahan basah



melapuk, patah



angin hingar-bingar



cabang-cabang menggapai-gapai



tanah merenggang



baru sebentar,



cacing-cacing keluar


burung-burung ke sangkar



alang-alang terkapar